Mohon tunggu...
Saba Bercerita
Saba Bercerita Mohon Tunggu... Bagian dari Saba Purwakarta

Ragam konten tulisan dari Saba Purwakarta tentang segala hal yang tersembunyi dari sejarah Purwakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bioskop di Purwakarta, dari Amal hingga Misbar

27 September 2025   18:15 Diperbarui: 1 Oktober 2025   19:34 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bioskop di Purwakarta

Bioskop merupakan hiburan mewah pada masa kolonial. Pada tahun 1926, terbit film dengan nuansa Nusantara pertama di Hindia Belanda. Film tersebut berjudul Lutung Kasarung, diproduksi oleh Java Film Company. 

Lutung Kasarung berkisah tentang legenda Sunda yang menceritakan seorang Guruminda yang dikutuk menjadi lutung/monyet lalu bertemu dengan Purbasari yang dimusuhi oleh Purbararang sebab kecantikannya. 

Pembuatan film Lutung Kasarung didasari atas keresahan terhadap mulai banyaknya film-film Barat yang dianggap bernilai negatif bagi penduduk pribumi sebab lebih sering menonjolkan adegan kekerasan, sehingga diperlukan suatu film dengan nuansa baru yang memiliki nilai positif dan bernuansa lokal, dan terciptalah film Lutung Kasarung yang pertama kali ditayangkan di Bandung.

Pada masa pasca kemerdekaan, muncul tokoh film Nasional, yaitu Usmar Ismail. Dirinya dikenal sebagai Bapak Film Nasional. Karyanya yang fenomenal ialah Darah dan Do'a, berkisah tentang pasukan TNI Divisi Siliwangi yang melakukan long march kembali pulang dari Yogyakarta ke Jawa Barat. Film ini tayang pada tahun 1950. Kisah perkembangan bioskop di Purwakarta juga tak kalah menarik.

Bioskop di Purwakarta pada masanya bukan hanya sekedar tempat mencari hiburan semata, melainkan juga sebagai tempat untuk penggalangan dana. Hal ini pernah terjadi di salah satu bioskop yang ada di Purwakarta, pada tahun 1931. 

Kala itu, perkumpulan Pasundan Istri mengadakan pertunjukkan amal sebagai upaya mereka dalam mendirikan sekolah di Purwakarta. Bataviaasch Nieuwsblad, 08 Desember 1931 mewartakan sebagai berikut:

"Perkumpulan cabang Pasundan dan Pasundan Istri melakukan pertujukkan teater di bioskop di Purwakarta, yang hasilnya disumbangkan bagi pembangunan sekolah pribumi yang ada di Purwakarta. Pertunjukkan ini mendapat minat yang sangat tinggi, baik dari kalangan Pribumi maupun Eropa, sebab menampilkan pertunjukkan yang berasal dari kisah Sunda, yang berjudul 'Nyi Sarankana'".

Kisah tentang bioskop di Purwakarta pun berlanjut pada era tahun 1950. Tepatnya pada 16 Februari 1950, dua bulan setelah pengakuan kemerdekaan oleh pihak Belanda. Kisah ini datang dari seorang veteran Belanda yang pernah bertugas di Purwakarta, bernama P.F. Berens. Dalam surat kabar Volkstrant, 22 Juni 1991, dirinya mengenang pengalaman menonton bioskop di Purwakarta sebagai pengalaman yang menegangkan dan penuh emosi.

Kala itu, P.F. Berens hendak menonton film di salah satu bioskop yang ada di Purwakarta. Namun, sesaat kemudian dirinya dikejutkan dengan sekelompok prajurti TNI, dan ditengah kelompok TNI tersebut terdapat seorang yang bernama Poncke Princen. Princen merupakan orang yang sangat dicari oleh pasukan Belanda kala itu. Bukan tanpa sebab, dirinya dianggap sebagai pembelot karena memilih bergabung ke dalam pasukan Indonesia. Sebagai dampaknya, pihak Belanda tak jarang mengalami banyak kerugian saat bertemu dengan pasukan Indonesia yang dipimpin oleh Princen.

Kembali ke bioskop, saat perjumpaan itu terjadi, Berens menuturkan bahwa suasana menjadi cukup tegang baginya. Dirinya justru lebih banyak memperhatikan Princen daripada menonton film yang sedang tersaji.

"Tentara Indonesia, bersenjata lengkap, dengan desertir Princen di tengah-tengah mereka. Kami merasakan amarah yang tak berdaya. Dengan hampir dua bulan kemerdekaan yang sedang dibuat, kami berjalan-jalan tanpa senjata. Begitu masuk, ketegangan terasa nyata, dengan gerombolan Princen di sebelah kanan kami, yang kepadanya kami lebih memperhatikan daripada filmnya. Satu tindakan yang tidak dipertimbangkan dengan baik bisa saja melepaskan semua neraka. Namun, tidak ada yang terjadi, dan dengan desertir itu di dalam lingkaran banyak senapan mesin ringan, tentara TNI menghilang lagi sesudahnya." (Volkstrant, 22 Juni 1991)

Bioskop dan Misbar Priangan

Salah satu bioskop tertua di Purwakarta ialah Bioskop Priangan yang terletak di Jalan Sudirman. Sebagaimana bioskop jadul pada umumnya, gedung bioskop ini hanya memiliki satu ruangan sebagai tempat untuk pemutaran film. 

Dahulu, sebelum muncul bioskop-bioskop modern di Purwarkarta, Bioskop Priangan merupakan satu dari tiga bioskop legendaris yang ada di Purwakarta rentang tahun 70-90-an. Ketiga bioskop tersebut ialah Priangan, Raya (kini menjadi BJB Purwakarta), dan Plaza.

Tampak Depan Bioskop Priangan Pada Tahun 2015 (Sumber: Google Street View. 2015)
Tampak Depan Bioskop Priangan Pada Tahun 2015 (Sumber: Google Street View. 2015)

Bioskop Priangan didirikan oleh Bapak Subita pada 10 Maret 1972. Selain mendirikan bioskop, Bapak Subita juga turut mendirikan Hotel Priangan, persis di samping bioskop. 

Pada masanya, Bioskop ini memiliki jam tayang pada pukul 17.00 WIB, 20.00 WIB, dan ada jam khusus yang bernama Mid Night Show pada jam 00.00 WIB. 

Berbagai film telah banyak ditayangkan, baik film produksi Indonesia, India, Amerika dan Eropa. Dari Susana, Serpihan Mutiara Retak, hingga Grease yang terkenal sebab dibintangi oleh John Travolta Olivia Newton-John turut memeriahkan Bioskop Priangan kala itu.

Saat ini bagian depan gedung Bioskop Priangan telah berubah menjadi pertokoan. Bila Sobat Saba berkesempatan untuk memasuki bagian dalam Bioskop Priangan, Sobat Saba akan melihat bahwa, Bioskop ini memiliki dua tingkat. Tingkat bawah berfungsi bagi mereka yang memesan tiket kelas rendah, dan tingkat atas bagi mereka yang memesan tiket kelas atas. Selain ruang pertunjukkan film, masih juga terdapat ruang pemutaran film yang berada di lantai atas.

Tepat di sebrang Bioskop Priangan, terdapat juga Misbar Priangan. Pada sebelum tahun 2000an, misbar memang sempat menjadi primadona dan alternatif bagi mereka yang ingin tetap menonton bioskop namun dengan harga yang miring. Misbar Priangan berada dalam satu kawasan dengan Hotel Priangan. Bila kita berkunjung ke Hotel Priangan, kita masih bisa melihat terdapat area terbuka yang dulu pernah dijadikan sebagai lokasi misbar.

Sisi Lain Hotel Priangan. Pada Bagian dalam Kawasan Hotel Priangan, Terdapat Area Terbuka Bekas Misbar (Sumber: Google Street View. 2017).
Sisi Lain Hotel Priangan. Pada Bagian dalam Kawasan Hotel Priangan, Terdapat Area Terbuka Bekas Misbar (Sumber: Google Street View. 2017).

Misbar atau Gerimis Bubar. Sebagaimana namanya, sering diadakan di ruangan terbuka, seperti lapangan. Karena diadakan di ruang terbuka inilah ketika hujan turun, penonton harus segara membubarkan diri. 

Misbar Priangan memiliki harga tiket yang relatif murah. Bila di Bioskop Priangan pengunjung dikenakan tarif Rp.50, maka di Misbar Priangan menjadi Rp.25. 

Penayangan film di Misbar Priangan juga biasa dilakukan bila agenda tayang film di bioskop telah habis masa putarnya. Kelebihan dari adanya misbar selain harganya yang murah, turut juga para pedagang kaki lima yang menjajakan ragam makanan atau minuman, sehingga para penikmat misbar bukan hanya menikmati film, tapi juga bisa menikmati jajanan kaki lima yang sangat variative dan menggugah selera.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun