Mohon tunggu...
SA_LIA KUSUMANING TYAS
SA_LIA KUSUMANING TYAS Mohon Tunggu... Lainnya - Lia Kusumaning Tyas

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Urgensi Wawasan Nusantara bagi Mahasiswa dalam Gebrakan Modernisasi

25 Januari 2021   16:59 Diperbarui: 25 Januari 2021   17:20 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ruang dan waktu yang menghiasi langkah demi langkah manusia di muka bumi semakin tak khayal sebatas angan. Otak yang kian hari diasah demi peradaban yang lebih maju lagi. Banyak sisi positif yang muncul namun tak terlewatkan sisi negatif hadir mengiringi waktu yang terus berjalan.

Modernisasi yang merambah ke berbagai bidang menjadi masa transisi dimana masa trdisional dikalahkan oleh masa kecerdasan otak buatan. Dengan banyaknya kaum terpelajar yang memiliki intelektual diatas rata-rata akan menjadi jalan untuk mendobrak ketertinggalan jaman. Setiap detik otak diputar mencari keberuntungan acak untuk menyulap khayalan menjadi nyata di muka publik.

Seiring perkembangan teknologi yang menjadi trend di pelosok dunia, tak sedikit pula masyarakat yang semakin lupa akan jati dirinya. Masuknya arus globalisasi menimbulkan kepikunan atas wawasan bangsa yang menjadi kekayaan tersendiri bagi suatu negara. Kecepatan akses media online menjadi kesenangan karena mudahnya teknologi dalam pencarian informasi membuat orang semakin penasaran akan topik hangat di luar batas rumah masing-masing.  Namun, alangkah terkejutnya jika masyarakat lebih dominan mencari informasi gosip para artis, gaya hidup, trend makanan luar, budaya luar, keindahan alam luar dan semua serba dari luar. Apakah wawasan lokal sebegitu tidak menariknya?

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi penyelenggaraan Jaringan Internet Indonesia (APJII) memaparkan data kenaikan pengguna internet ditahun 2016 sebesar 132,7 juta orang yang ada di Indonesia. Sedangkan di tahun 2014 survei menyatakan hanya sebesar 88 juta orang yang menggunakan internet. Data penduduk Indonesia disaat itu kurang lebih 256,2 juta orang sehingga terjadi kenaikan sebesar 51,8 persen. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa minat masyarakat juga ikut mengalami perkembangan.

Fenomena yang bertengger dipuncak rating mesin pencari informasi adalah budaya westernisasi. Sedangkan Indonesia sendiri memiliki ribuan kisah yang perlu dieksplor masyarakat dari berbagai kalangan sebut saja sebagai "Wawasan Nusantara". Wilayah Indonesia terbentang dari sabang sampai merauke, berbagai kekayaan alam tersimpan begitu indahnya.  Generai bangsa harus bangga terhadap tanah air tercinta serta wajib mempertahankannya sampai generasi-generasi selanjutnya.

Wawasan Nusantara menjadi topik yang urgen bagi kelangsungan negara. Maraknya budaya luar yang masuk ke Indonesia menjadi ancaman lunturnya minat akan lokalitas bangsa. Tak hanya itu, tatanan sistem yang tersusun secara sistematis telah tercantum dalam UUD 1945 serta dalam ideologi negara yakni Pancasila, terbayang jika masyarakat semakin mengagumi budaya luar sehingga lupa untuk mempertahankan budayanya sendiri.

Wawasan Nusantara sendiri meliputi faktor geografis, geopolitik, geostrategi serta historis dan yuridis. Mahasiswa sebagai tokoh intelektual yang memegang wawasan kritis diharapkan mampu menjadi role model bagi masyarakat luas. Mahasiswa dapat memanfaatkan ilmu yang mereka tekuni untuk menciptakan sebuah inovasi dalam menambah minat generasi muda untuk lebih memahami Wawasan Nusantara.

Banyak kasus budaya Indonesia yang diklaim oleh pihak luar seperti budaya batik, reog ponorogo, alat musik angklung, lagu rasa sayang-sayange, gamelan, dan masih banyak lagi. Tergerusnya minat masyarakat terhadap budaya lokal semakin hari kian meresahkan, lancarnya arus budaya luar yang menawarkan keindahan serta efisiensi diberbagai bidang tentunya membuat masyarakat berbondong-bondong melakukan perpindahan minat.

Oleh karena itu, pemerintah seharusnya mengambil langkah tegas untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Serta diperlukannya sikap persatuan dalam mempertahankan budaya bangsa yang diikuti semua rakyat serta jajaran pemimpin bangsa untuk mencapai tujuan nasional secara damai.

Mahasiswa sebagai individu yang terdidik dipercaya untuk bisa melakukan perubahan-perubahan dengan mengkolaborasikan antara budaya lokal dengan budaya luar. Pengkolaborasian ini bisa berupa mengangkat budaya lokal dengan menggunakan pola modernisasi seperti budaya batik. Batik yang dulunya dipakai untuk acara tertentu dengan desain yang sederhana dapat dibuat inovasi dengan kreatifitas mahasiswa desain untuk membuatnya lebih menarik dan dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Semakin banyak produksi baju batik otomatis pengrajin batik dari berbagai pelosok Indonesia akan kebanjiran order kain batik yang diproduksinya.

Modernisasi bukan menjadi alasan transisi untuk meminggirkan budaya sendiri. Justru dengan adanya era perkembangan teknologi menjadi jalan utama mengangkat budaya sendiri ke kancah Internasional. Dengan intelektualitas yang dimiliki mahasiswa diharapkan mampu membantu masyarakat membenahi pola wawasan yang melenceng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun