Masih teringat jelas waktu sekolah dasar saya dibelikan seragam atasan
coklat muda dan celana pendek coklat tua lengkap dengan kacu -dasi-
dan baretnya. Ini awal saya mengenal pramuka, mungkin sedikit di paksa
tapi akhirnya menikmati kegiatan berkemah, tali temali dan sandi.
Entah kenapa di sekolah menengah pertama, lagi-lagi saya ikut kegiatan
pramuka. Kali ini tidak dipaksa tapi lebih karena ingin nangkring
bareng sama teman-teman satu gank. Cukup membosankan karena
kegiatannya masih sama seperti di sekolah dasar kegiatan berkemah,
tali temali dan sandi. Untuk itu saya bersumpah tidak akan ikut
Pramuka ketika duduk di jenjang Sekolah Menengah Umum.
Dan saya akhirnya melanggar sumpah sendiri. Ketika kakak kelas dari
satuan pramuka di jenjang SMU presentasi gerakan pramuka dengan menuruni sebuah
lereng yang curam hanya dengan seutas tali, lalu mengevakuasi korban
dengan hanya menggunakan tandu sederhana, setelah sebelumnya
memberikan pertolongan pertama terhadap korban.
Dalam pikiran saya, "wooww, boleh juga nih, kok beda ya sama di
tingkat SD dan SMP. Dan sekali lagi, jadilah saya menyeburkan diri di
kegiatan kepramukaan di tingkat sekolah menengah umum.
Walaupun hari Pramuka 14 agustus sudah jauh terlewat. Ijinkan saya
untuk bisa bersumbangsih tulisan bagi kepanduan Indonesia, karena saya
diajarkan untuk "berbuat sederhana untuk membawa dampak yang luar biasa".
Ini untuk Rakyat Indonesia dan Pramuka Indonesia.
PRAja MUda KArana, Sebelum di sahkan oleh presiden pertama Republik
Indonesia Soekarno pada 14 agustus 1961 dan melantik Sri Sultan
Hamengkubuwono IX sebagai KaKwarnas I sekaligus menjadikannya bapak
Pramuka Indonesia . Ternyata sejarah kepanduan Indonesia sudah hadir
jauh sebelum Indonesia merdeka.
Berawal dari Boyscout yang di adaptasi dari buku Scouting for Boys
karangan Baden Powell -di kenal sebagai bapak pandu dunia-. Konsep
kepanduan Di bawa masuk ke Indonesia oleh seorang berkebangsaan
Belanda bernama S.P Smidth dengan istilah Padvinderij.
Pada rentang tahun 1912-1916 Pangeran Mangkunegoro IV di Solo
membentuk Javasche Padvinderij Organisatie (JPO) untuk anak-anak
kerabat Mangkunegoro. Inilah organisasi kepanduan pertama di
Indonesia.
Tersebarnya berita tentang berdirinya JPO membuat para remaja dan kaum
muda tertarik untuk membentuk Padvinderij serupa. Tercatat
Muhammadiyah, Partai Serikat Islam dan Taman Siswa adalah sebagian
kecil yang membentuk Padvinderij tersendiri.
Dari awal berdirinya Padvinderij di Indonesia, kepanduan ini di
pergunakan sebagai salah satu alat untuk menanamkan kesadaran
berbangsa dalam rangka perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ini
yang membedakan Padvinderij yang di bawa oleh S.P Smidth dari Belanda
maupun Boyscout ala Boden Powell yang ada di Inggris.
Melihat potensi yang membahayakan bagi pihak penguasa/penjajah pada
saat itu maka penggunaan istilah Padvinderij dilarang terlebih lagi
yang berada dibawah Organisasi politik mau ormas.
Adalah KH AGUS SALIM yang pertama kali memperkenalkan istilah PANDU
pada salah satu kongres di daerah Banyumas pada tahun 1908. KH Agus
Salim juga yang kita kenal sekarang sebagai Bapak Kepanduan Indonesia.
Dengan tetap memegang salah satu prinsip kepanduan yang Menanamkan
kesadaran berbangsa dan bernegara untuk merebut kemerdekaan, kepanduan
di era KH Agus Salim semakin di waspadai oleh pemerintah Hindia
Belanda. Bahkan di masa pendudukan Jepang organisasi kepanduan dengan
tegas di larang.
Melihat sejarah panjang kepanduan dalam perjuangan di Repulik
Indonesia, sudah sepantasnya kita bisa menerapkan semangat para Pandu
Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan dengan cara mereka sendiri, sederhana dan konsisten.
Sayangnya Ke-Pramukaan saat ini terlihat hanya sebatas formalitas
untuk memenuhi kurikulum di sekolah khususnya di wilayah Ibu Kota.
Entah kurang dukungan pemerintah atau kesalahan dalam memanajemen
sistem kepramukaan. Gaungnya sungguh tidak terdengar untuk sebuah
organisasi yang mempunyai andil besar bagi berdirinya republik ini.