Mohon tunggu...
Sondang Napitupulu
Sondang Napitupulu Mohon Tunggu... Pelajar

membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penjarahan Rumah DPR & Pejabat Publik

12 Oktober 2025   09:48 Diperbarui: 12 Oktober 2025   09:53 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

  Pejabat yang rumahnya dijarah memberi respons publik ada yang meminta maaf atau menyatakan ikhlas, ada pula yang menyampaikan kekecewaan terhadap hilangnya barang yang dianggap sangat pribadi dan bermakna. Sri Mulyani, misalnya, menyebut bahwa lukisan bunga buatannya yang hilang adalah simbol perenungan pribadi dan bukan cuma barang biasa. 

Analisis Penyebab

  Beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap muncul dan meluasnya kejadian penjarahan ini:

1.Ketegangan Sosial dan Ekonomi

  Ketidakpuasan publik terkait kondisi ekonomi, beban hidup, disparitas sosial, dan kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah dan wakil rakyat memicu protes dan unjuk rasa. Ketika aspirasi tidak direspons atau dilihat sebagai jauh dari realitas masyarakat, potensi friksi meningkat. 

2.Sentimen Terhadap Pejabat Publik

  Pejabat sebagai simbol kekuasaan dan elit sering menjadi sasaran kritik dan kemarahan publik, terutama saat ada persepsi bahwa mereka tidak peka terhadap penderitaan rakyat atau melakukan tindakan yang dianggap menyimpang dari kewajaran. Rumah para pejabat menjadi representasi fisik dari "jarak" antara rakyat dengan elit. Ketika emosi publik memuncak, simbol-simbol ini menjadi target. 

3.Kurangnya Pengamanan dan Persiapan

  Penjarahan terjadi seiring massa bergerak cepat, terkadang di luar pengawasan atau prediksi penuh aparat keamanan. Ada media sosial yang mempercepat penyebaran isu, koordinasi massa, dan bahkan "viral-nya" video penjarahan yang bisa memperkuat motivasi orang lain untuk ikut. 

4.Provokasi, Eskalasi, dan Dinamika Massa

  Demonstrasi yang awalnya damai atau biasa bisa berubah menjadi kekerasan jika ada provokasi, jika aparat merespons dengan tindakan represif, atau jika massa ikut-massa membesar. Aksi perusakan dan penjarahan bisa menjadi cara massa melampiaskan rasa frustrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun