Pejabat yang rumahnya dijarah memberi respons publik ada yang meminta maaf atau menyatakan ikhlas, ada pula yang menyampaikan kekecewaan terhadap hilangnya barang yang dianggap sangat pribadi dan bermakna. Sri Mulyani, misalnya, menyebut bahwa lukisan bunga buatannya yang hilang adalah simbol perenungan pribadi dan bukan cuma barang biasa.Â
Analisis Penyebab
 Beberapa faktor yang diduga berkontribusi terhadap muncul dan meluasnya kejadian penjarahan ini:
1.Ketegangan Sosial dan Ekonomi
 Ketidakpuasan publik terkait kondisi ekonomi, beban hidup, disparitas sosial, dan kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah dan wakil rakyat memicu protes dan unjuk rasa. Ketika aspirasi tidak direspons atau dilihat sebagai jauh dari realitas masyarakat, potensi friksi meningkat.Â
2.Sentimen Terhadap Pejabat Publik
 Pejabat sebagai simbol kekuasaan dan elit sering menjadi sasaran kritik dan kemarahan publik, terutama saat ada persepsi bahwa mereka tidak peka terhadap penderitaan rakyat atau melakukan tindakan yang dianggap menyimpang dari kewajaran. Rumah para pejabat menjadi representasi fisik dari "jarak" antara rakyat dengan elit. Ketika emosi publik memuncak, simbol-simbol ini menjadi target.Â
3.Kurangnya Pengamanan dan Persiapan
 Penjarahan terjadi seiring massa bergerak cepat, terkadang di luar pengawasan atau prediksi penuh aparat keamanan. Ada media sosial yang mempercepat penyebaran isu, koordinasi massa, dan bahkan "viral-nya" video penjarahan yang bisa memperkuat motivasi orang lain untuk ikut.Â
4.Provokasi, Eskalasi, dan Dinamika Massa
 Demonstrasi yang awalnya damai atau biasa bisa berubah menjadi kekerasan jika ada provokasi, jika aparat merespons dengan tindakan represif, atau jika massa ikut-massa membesar. Aksi perusakan dan penjarahan bisa menjadi cara massa melampiaskan rasa frustrasi.Â