Mohon tunggu...
Rizka Khaerunnisa
Rizka Khaerunnisa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Mengumpulkan ingatan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Kucumbu Tubuh Indahku": Dialog Maskulinitas dan Feminitas dalam Satu Tubuh

20 April 2019   23:43 Diperbarui: 22 April 2019   08:22 3479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Khan sebagai Juno dewasa dalam film "Kucumbu Tubuh Indahku". (Foto: imdb.com/FourcoloursGo-Studio)

Di lain waktu, Juno membangun relasi homoseksualitasnya lagi dengan seorang warok. Dalam kesenian Reog Ponorogo, warok adalah seorang sakti mandraguna dan berperan sebagai pemain utama dalam pertunjukan. Peran sentral warok tidak hanya di atas pentas, tapi juga di dalam realitas sehari-hari. Seorang warok akan memilih seorang laki-laki (gemblak) yang punya tubuh indah untuk dijadikan pasangan hidupnya. 

Pantangan seorang warok adalah meniduri perempuan, jika melanggar ia akan kehilangan kesaktiannya. Status sosial warok juga diakui masyarakat sebagai "pemimpin" dan memiliki gemblak merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Semakin banyak gemblak yang dipeliharanya berarti ia semakin sakti. Sebagai jaminan kesejahteraan sang gemblak, warok wajib membiayai seluruh kebutuhan hidup si gemblak. Gemblak adalah "istri" sang warok.

Namun saya melihat bahwa relasi Juno dengan seorang warok itu justru berkebalikan dengan relasi Juno sebelumnya dengan si petinju. Relasi warok-gemblak adalah relasi yang tak imbang. Meski hasrat seksualitas Juno terpenuhi, kehendaknya tidaklah bebas. Ia "objek" yang hanya dimiliki sang warok. Relasi Juno tidak berdasar kasih sayang, mungkin alasan Juno adalah agar ekonominya bisa terjamin. 

Memang tak ada narasi eksplisit yang dibahasakan dalam Kucumbu Tubuh Indahku. Semua itu ditampilkan dalam bungkus kesamaran simbol dan lewat bahasa tubuh para aktornya. Sebab itu, barangkali ada kemungkinan lain perihal interpretasi.

Selepas pamannya meninggal, Juno pergi merantau seorang diri dan bergabung dengan grup tari lengger di desa lain. Sejak pada titik inilah tubuh Juno ditantang dengan konsep normatif yang menarik garis keras terhadap definisi seksualitas, mana yang normal mana yang tidak. 

Zaman semakin berubah, ternyata tak semua zaman menerima gender lain selain yang dua jenis. "Zaman bebas", kata yang selalu didengungkan oleh aparat pemerintah di dalam film, berkontradiksi dengan dirinya sendiri; kebebasan itu ternyata mengandung ancaman inheren pada dirinya sendiri, pada yang dianggap "terlalu bebas" karena keluar dari pakem normatif.

Seorang Bupati (Teuku Rifnu Wikana) yang sangat berhasrat memenangkan pilkada saat itu meminta pertolongan dukun supaya bisa meraup suara terbanyak dan ia memanfaatkan Juno sebagai pemenuhan syarat dari si dukun. Ini menjadi problem, sebab Juno yang semula bebas terhadap kehendak tubuhnya, tiba-tiba mengalami intervensi dari luar diri.

Parahnya, Juno beserta rombongan lengger-nya terpaksa pindah dari desa karena datang suatu ancaman dari istri Bupati. Sang Bupati kedapatan menggenggam tangan Juno di depan publik, dan perbuatan ini sempat dipotret oleh oknum tertentu yang memanfaatkan situasi. Si oknum berasal dari suatu desa yang mengantongi suara terbanyak atas kemenangan Bupati. 

Orang-orang desa ini meminta agar Juno dan rombongannya diusir dari desa sebab "mengganggu" moralitas. Jika permintaannya tidak dipenuhi, foto aib Bupati itu akan disebar. Maka sang istri membuat keputusan untuk memenuhi permintaan mayoritas. Meski plotnya tampak klise, namun tetap saja ini terasa miris; kekuasaan adalah segalanya.

Problem Juno dengan Bupati ini menunjukkan relasi politik yang maskulin. Tubuh Juno bukan lagi menjadi subjek, ia telah berubah menjadi objek. Karenanya, sangat mudah bagi sang Bupati memberi dalih seperti suara mayoritas itu; Juno dan rombongannya adalah anomali yang pantas disingkirkan demi "ketentraman" mayoritas. 

Juga mudah bagi sang Bupati memberi cap "komunis baru" untuk Juno dan rombongannya. Sistem politik yang maskulin merestui tindak kekerasan pada tubuh Juno. Politik telah menampakkan wajah kelamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun