Mohon tunggu...
Rorry Nurmawati
Rorry Nurmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Freelance writer || I love and passion for photography || If you have any question, please let me know at aslirorry@gmail.com or DM Instagram @ryrorry_

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Pengemis atau Mengemis, di Mana Letak Kesalahannya?

14 Mei 2019   23:01 Diperbarui: 14 Mei 2019   23:04 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat bulan puasa pengemis masih tetap kejar setoran/foto pribadi

Pengemis. Apa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata pengemis! Orang miskin, orang tak punya kerjaan, orang malas, orang dengan masa depan suram, orang tak punya tujuan atau orang yang sengaja menekuni dunia perpengemisan, semua itu mungkin saja.

Namun, jika dikupas dan dipelajari lebih dalam lagi tentang seorang pengemis, maka saya yakin pembahasan ini tidak akan ada habis-habisnya. Dan mungkin saja bisa jadi polemik tentang pengemis sudah ada di jaman kompeni, yang hingga saat ini tak menemukan titik terang.

Setiap hari, pemandangan kita akan lumrah melihat para pengemis berkeliaran di traffic light atau persimpangan jalan. Dan tidak jarang, sebagian dari mereka terdapat anak-anak dibawah umur yang asyik ikut 'bermain' di jalanan.

Dengan penampilan yang cukup kumel, sambil perban sana sini untuk mengecoh para pengendara, mereka dengan santainya menyodorkan wadah untuk meminta belas kasihan. Ditambah lagi, dengan memasang raut wajah yang melas mereka berharap diberikan uang oleh para pengendara.

Bahkan bicara soal pengemis, mereka tidak hanya ada di pinggir-pinggir jalan saja. Melainkan, jika bulan-bulan tertentu atau momentum yang tidak biasa, kita akan sangat gampang menjumpai pengemis di tempat-tempat ibadah. Baik masjid, klenteng atau tempat ibadah lainnya.

Namun apakah kita dengan gampang bisa memberikan mereka uang secara cuma-cuma?

Nah, ada sebagian dari kita akan merasa iba dengan keadaan mereka. Akan tetapi, apakah kondisi yang cukup 'aneh' itu bisa membuat orang percaya dan dengan gampang memberikan uang receh?

Jawabannya mungkin saja. Kenapa demikian! karena menurut saya banyak dari pengendara bahkan saya sendiri akan memilih memberikan uang kepada para pengemis yang terlihat 'kesakitan', tua sekali dan disabilitas.

Perasaan iba saat melihat kondisi mereka seperti itu, tak jarang membuat saya terenyuh. Saya pun berpikir, kenapa di masa tuanya mereka masih hidup di jalanan untuk mencari uang demi sesuap nasi. Kenapa mereka harus kesakitan seperti itu dengan borok yang menganga tak terobati.

Dan kenapa para disabilitas ini harus memilih jalan mengemis untuk mendapatkan pundi-pundi uang receh. Ya, fenomena seperti ini kerap kali dijumpai. Padahal, label sebagai sampah masyarakat sudah cukup melekat, tapi mereka pun seakan tak menghiraukan.

Dimana letak kesalahan antara pengemis dan mengemis?

Menjadi pengemis dan bekerja dengan cara mengemis, sebenarnya sebuah kesalahan. Karena, jika penyakit masyarakat ini ada sedikit perhatian khusus dari pemerintah daerah, maka saya yakin tidak ada lagi namanya pengemis.

Tidak akan ada pemandangan orang meminta-minta di pinggir jalan. Atau bayi-bayi yang digendong ibunya sebagai modus mencari belas kasih. Padahal, tindakan ini terbukti sebagai eksploitasi anak dibawah umur.

Namun, kenapa pemerintah seakan cuek dan tutup mata membiarkan mereka. Kenapa tidak ada tindakan tegas yang membuat mereka jera dan enggan kembali di jalan. Kenapa dan kenapa!!

Padahal, Pemerintah Kota Surabaya saja bisa menerapkan Peraturan Daerah yang melarang tegas adanya pengemis. Bahkan, hampir di semua sudut kota tak ada satu pun pengemis yang mangkal. Kenapa Surabaya saja bisa, kota lain tidak.

Dan di bulan Ramadan ini, saya tak mau menyalah siapa-siapa. Baik itu pengemis atau pemerintah daerah. Jika keberadaan pengemis cukup mengganggu mata, maka jangan beri mereka uang. Cukup bersedekah di masjid saja, jika anda merasa ragu.

Namun, jika anda ikhlas tanpa embel-embel apapun. Baik itu terkait perda atau rasa iba, jika anda ingin memberi, maka bersedekahlah. Biarkanlah sedekah yang anda berikan menjadi urusan Allah, bukan urusan orang lain. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun