Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inilah Hasil Survei Online Shop Terbaik 2018 dan Potensi Skema O2O di Indonesia

3 Januari 2019   16:38 Diperbarui: 3 Januari 2019   16:50 29090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
This image has an empty alt attribute; its file name is image.png

Hi gaes, selamat tahun baru 2019 bagi kawan-kawan Kompasianer semoga di tahun 2019 kalian semua mendapat berkah barokah dan kesuksesan yang amat sangat luar biasa, tidak bosan dengan tulisan saya dan bisa menghasilkan tulisan yang berkualitas bin laris manis.

Seperti biasa di awal tahun 2019, kita akan flash back kembali ke tahun 2018. Tiada hal paling menarik di tahun-tahun milenial ini selain gairah online shop atau e-commerce yang semakin merajalela (selain politik, ~tentu mylov). 

Daya beli kita turun? Daya beli kita rendah? Kata siapa, Tokopedia justru meraup  1 trilyun rupiah setiap bulan, dan mendapat kucuran dana 2 trilyun dari Horizon Ventures, dan 1,1 milyar USD atau setara 14 trilyun rupiah dari raksasa e-commerce, Alibaba.

Berapa valuasi Bukalapak? Tak kurang dari 13 trilyun saat ini. Dan begitupula Shopee yang mencatat angka fantastis, meraup 59 trilyun rupiah hanya dalam waktu satu semester (6 bulan) di 2018. Per bulan artinya mencatat 9,8 trilyun rupiah ! Omaigot..

Nah, dari semua bisnis e-commerce itu, seperti di 2017 lalu, saya coba melakukan survey kecil-kecilan ke handai taulan dan rekan-rekan baik di sosial media maupun di dunia nyata. Kali ini terbagi tiga segmen saja. Pertama online shop terbanyak dipilih responden, kedua, online shop terbanyak dikunjungi dan terakhir, online shop yang akan bersinar di 2019 ini.

Jumlah responden sekitar 300an responden, tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, ya iyalah namanya juga responden sosmed. Oke, check it out!

This image has an empty alt attribute; its file name is image-1.png
This image has an empty alt attribute; its file name is image-1.png
Sumber data: Pribadi, diolah
Sumber data: Pribadi, diolah
Hasil perbandingan ranking 2017 dan 2018, dengan survey yang sama:

Sumber data: Pribadi, diolah
Sumber data: Pribadi, diolah
Ulasan :

Hasil di atas bukan hasil analisa kuantitatif seperti yang dilakukan iprice, tapi menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda. Berikut hasil iprice dirangkum dari https://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/

Sumber data: www.iprice.co.id
Sumber data: www.iprice.co.id
Dari hasil survey yang saya lakukan dan iprice lakukan menghasilkan dua fakta  yang sama: 

Fakta pertama: 

Tiga besar online shop 2018 di Indonesia di huni oleh online shop dengan sistem C2C atau consumer to consumer. Di dalam bisnis C2C mengizinkan siapapun menjadi penjual, pembeli jadi penjual, penjual jadi pembeli atau hanya duduk manis sebagai pembeli akhir (end-consumer)

Mengapa demikian?

Tahun 2012-2017, masyarakat masih "belajar" untuk belanja online. Kita masih belum begitu percaya dengan sistem C2C, karena online shop seperti Tokopedia dan Bukalapak hanya sebagai penyedia platform, bukan penjual langsung. Banyak kasus dulu dimana Tokopedia atau Bukalapak sering dikomplain akibat barang palsu. 

Tentu saja bisa terjadi karena banyak sekali penjual di platform itu. Sedangkan Lazada mengusung B2C atau business to consumer, Lazada meng-klaim menjamin seluruh barangnya adalah tanggung jawab Lazada sendiri, sehingga masyarakat merasa lebih aman. Itulah kenapa Lazada booming.

Tapi trend 2017-2018 berubah, Tokopedia, Shopee dan Bukalapak menyaring dengan ketat penjual yang nakal, dengan cara menyediakan escrow/pembayaran via platform. Nanti para online shop ini yang men-transfer uang belanja kita ke si penjual. Uang akan dikembalikan jika: Penjual menolak pesanan, penjual tidak respon dalam 2 hari atau penjual tidak memasukkan nomor resi setelah 4 hari pembayaran diverifikasi.

Semua tertera jelas di laman keterangan di masing-masing platform. Dengan begitu tingkat keamanan konsumen terjaga, dan otomatis di 2018 tingkat kepercayaan konsumen meningkat. Itulah kenapa ranking Lazada tergerus, selain karena hal lain di bawah ini.

Begitu saya tanya kenapa mayoritas masyarakat lebih suka yang sistem C2C selain karena tingkat keamanan yang sudah diperbaiki, jawaban mereka pertama adalah banyaknya pilihan produk, dengan beragam toko/penjual di situs online shop maka pilihan produk juga beragam. 

Kedua adalah persaingan harga sangat tajam. Misal, barangnya sama, tapi yang jual ada 5 pelapak, maka dari 5 itu pasti terjadi variasi harga, tinggal pembeli menghitung berapa total harga sesudah ditambah ongkos kirim.

Ongkos kirim tergantung dari jauh-dekat antara penjual dan pembeli. Nah dengan banyaknya penjual yang terpencar di segala lokasi di Indonesia, ini menghasilkan pilihan beragam bagi end-consumer/pembeli akhir.

Untuk yang tinggal di Tangerang, maka akan cenderung memilih penjual yang berlokasi di Tangerang juga, tentu pertimbangan ongkos lebih murah. E-commerce pun saat ini menyediakan sistem same day delivery, tentu saja menggunakan online transportation; Gojek atau Grab. Meskipun ongkos lebih mahal tapi jaminan barang sampai di hari yang sama sangat menggiurkan. 

Ketiga, adanya interaksi antara si penjual dengan end-consumer. Budaya kita adalah budaya interaksi, ngobrol. Kita lebih nyaman berbelanja jika kita berinteraksi langsung dengan si penjual, bukan ke sistem/platform. 

Bahkan Bukalapak menghadirkan fitur tawar. Pembeli bisa menawar harga barang hingga maksimal yang disetujui. Budaya tawar menawar adalah budaya Indonesia. Itulah kelebihan sistem online shop dengan C2C.

C2C juga menyediakan pilihan untuk penjual yang ingin dropship. Misal si B ingin menjual barang ke end-consumer, si C. Si B mengambil barang tersebut dari si A. Barang yang dibeli tidak perlu datang dulu ke B baru ke C, melainkan bisa dikirim langsung dari A ke C. Untuk si B yang mungkin sedang repot mengurus anak sambil ingin tetap dapat income, bisnis seperti ini sangat menarik.

Fakta kedua:

Shopee naik gila-gilaan. Fenomena, mari kita bahas.

Di 2015-2016 jujur saja Shopee masih kecil gaung suaranya. Shopee hanya terkonsentrasi di produk-produk cewek (girly). Sedangkan di 2018 Shopee masuk dengan produk umum, baik cewek maupun cowok, anak-anak hingga kakek nenek.

Shopee juga menggebrak lewat seni. Melalui inovasi goyang Shopee dengan aransemen lagu yang nyangkut di telinga, Shopee berhasil memancing bakat terpendam orang Indonesia, Joget. Apalagi mengaitkan joget dengan kekayaan. Bayangkan teman istri saya bisa punya koin Shopee hingga jutaan, hanya modal goyang HP padahal belanjanya gak seberapa. 

Ketiga adalah bombardir iklan Shopee di TV Swasta, siapa yang gak kenal lagu goyang Shopee? Dari bapak-bapak hingga balita, ini karena iklan yang masif di televisi, media paling proletar di abad ke 21 setelah radio. 

Keempat adalah strategi free delivery, ya, Shopee menjadi idola emak-emak salah satu yang mengawalinya adalah karena fitur free delivery. Shopee sangat paham, kata-kata free adalah magnet. Asal bukan free nikah lagi.

Kelima adalah fenomena endorse mega bintang Pop Korea, Blackpink. Soal Blackpink akhirnya di blokir dari televisi sebetulnya adalah batu loncatan Shopee untuk lebih booming di 2018. Menjadi kontroversi adalah viral. Dan viral adalah Koentji.

What Next?

Yang sedang akan booming adalah konsep O2O, alias Online to Offline. Simplenya, kita membeli via online namun mengambil barang via offline. Sudah di praktekkan oleh Amazon dan Alibaba dimana kita membeli via online namun mengambil langsung pesanan kita di toko retail.

Ini menarik, misal Tokopedia. Kita memesan coklat via Tokopedia lalu kemudian jalan ke Mart untuk ambil coklat itu. Konsep ini bisa dipraktekan di Amerika, namun ada tantangan di Indonesia. Karena hobi orang kita adalah hobi shopping.

Kita tidak mungkin rela jalan ke Mart atau toko retail cuma untuk ambil satu barang, yang ada kita akan belanja lagi plus-plus. Dan pada akhirnya, orang akan kembali belanja di online shop. Dan jika ingin ke toko retail ya sekalian jalan-jalan, bawa keluarga, belanja bulanan, guyub.

Lha, justru ada kok keluarga yang ngaku kalo family time mereka ketika mereka belanja bulanan. Jadi sistem O2o ini cocoknya ya buat kamu, ya kamu..kamu yang jomblo!

***

Dipublish pertama di www.ryokusumo.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun