Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Ancaman Nyata Jokowi, Ketika PSI dan Emak-emak Bersatu

17 Desember 2018   16:27 Diperbarui: 18 Desember 2018   09:49 2074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grace Natalie dan Isyana Bagoes Oka (Foto: TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Ada wanita yang mau dimadu atas dasar Agama, bagus memang, tapi itu sangatlah menyiksa. Dulu ayah saya pernah mau menikah lagi, jembrengan dalilnya berkilo-kilometer, ibu saya cukup berkata "Boleh, tapi tolong masukkan anak-anak kita kedalam perut saya lagi".

Semenjak itu tak ada lagi sikap ayah yang membawa Agama perihal poligami.

Jadi, jangan sepelekan gerakan feminisme ala PSI. Gerakan ini bisa mengubah haluan peta politik. Bayangkan, saya yakin jauh lebih banyak wanita yang tidak mau di poligami ketimbang yang mau. Bahkan kerabat saya yang muslim orthodoks, pro Oposisi, pro Ratna Sarumpaet, ujug-ujug bilang "wow PSI bagus juga ya, anti poligami", lihat mylove~

Ini ancaman nyata Jokowi untuk kubu oposisi.

Ini bukan isapan jempol, emak-emak haqul yakin bisa mempengaruhi pilihan politik bapak-bapak. Bapak-bapak boleh garang di podium, garang di kantor, garang di lapangan. Tapi di depan emak-emak, oww..oww.. belum tentu Fergusoo~

Para pria boleh tersinggung, tapi ini fakta. Istri pun jangan ge-er dulu. Suami "melempem" bukan selalu karena takut. Suami yang baik tidak akan mendebat istrinya, selain karena malas, juga karena menghargai wanita itu sendiri. Kecuali kalau wanita sudah ngomong "terserah!"

Saya pernah bertengkar hebat dengan ayah saya, tapi tidak pernah sekalipun dengan ibu saya. Bahkan Nabi pun menyebut Ibu tiga kali, ayah hanya sekali. Dan poligami di masa Nabi bukan karena nafsu, tapi karena alasan taktis, salah satunya menyelamatkan janda perang, dimana hanya Nabi yang bisa menanggung.

Apakah seorang Bung besar Soekarno sukses dalam poligami? Tidak. Inggit menolak mentah-mentah ketika Bung Karno meminta izin menikahi Fatmawati, dan Fatmawati menangis meminta cerai ketika bung Karno ingin menikahi Hartini, padahal secara materi semua tercukupi.

Ada yang sakit, dan disitulah PSI masuk, kata koentji: jangan ada lagi yang tersakiti. Tapi kader, simpatisan, dan emak-emak yang setuju dengan PSI jangan langsung ge-er dan busung dada dulu ya, karena yang setia bakal kalah dengan yang selalu ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun