Termasuk saya kepada mbak Dian, menyentuh kulit mbak Dian pun masih merupakan mimpi masa kecil saya semenjak adegan melengos Cinta ketika berantem dengan Rangga di toko buku. Duh, saya masih baper sampe sekarang lho..susah mup on.
Ya, Indonesia memang punya rasa primordial yang berkarak mbak, mudah sensi apalagi kalau kurang piknik, waduh...dijamin kodok dilihat dari atas saja akan dibilang mirip salib dan dibilang haram jadah. Apalagi soal mbak Dian yang bergidik geli karena tangannya di sentuh fans, saya jamin hingga tahun ketiga cap mbak Dian sebagai jijikers akan tetap melekat. Jadi baiknya, mungkin dalam waktu dekat ini mbak Dian lebih bijak jika bersedia mengikuti program kami, yaitu program bedah rasa.
Rasa apa saja bisa mbak, bisa rasa malu, rasa ingin berkuasa, rasa jijik dan juga rasa mantan. Sudah banyak yang berkonsultasi kepada kami bagaimana cara membedah rasa malu sehingga rasa malu itu bisa hilang.
Serius ini, mau contoh? Nih, rasa malu korupsi tapi masih jadi anggota dewan, rasa malu kalah dalam konsep tapi asal menang dalam pencoblosan, rasa malu seorang artis "cerdas" tapi salah ngetwit mulu sampai anaknya ikut bela papanya yang rocker, dan juga rasa malu-maluin yang lain.
Bisa juga untuk rasa jijik mbak Dian yang membuat mbak di bully, kami bisa hilangkan, sehingga mbak Dian bisa melenggang bebas di dunia ini tanpa harus takut tertular penyakit kulit menular, caranya gimana? Untuk tahu caranya, ya minimal DP dulu, kami bukan tim utopia tanpa DP.
Karena kalau itu sampai terjadi, yakin saya dan kawan-kawan yang akan pertama membela mbak Dian, kami akan membawa ribuan bunga sebagai tanda cinta, karena kami tidak mau lagi ditinggal ketika lagi sayang-sayangnya, itu jahat, hiks.
Sudah ya mbak Dian, saya akhiri dulu tulisan saya dengan hati yang bersih. Jika masih ada haters yang membully mbak, mohon bersabar, ini ujian
***
Tulisan ini dimuat pertama di blog pribadi di http://ryokusumo.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI