Mohon tunggu...
Trip Pilihan

Desa Wisata Nglanggeran Yogyakarta

28 Juni 2018   18:01 Diperbarui: 28 Juni 2018   17:59 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ketiga, setelah kami sarapan dan membantu Ibu homestay membersihkan rumah kami menuju ke Gunung Api Purba Nglanggeran. Untuk mencapai puncak gunung membutuhkan waktu sekitar 50-60 menit. Gunung Api Purba ini memiliki kondisi yang agak lapang namun tidak bisa digunakan untuk camping/mendirikan tenda.

Di Gunung Api Purba ini terdapat beberapa pos untuk para pengunjung berisitirahat ketika sedang menaiki puncak, ini waktu nya kami membagikan kuisioner dan wawancara mengenai desa wisata Nglanggeran untuk tugas kami di pos tersebut. Selain itu kami juga tidak lupa untuk berfoto karena tidak ingin melewatkan beberapa spot foto didekat pos.

Sesampainya dipuncak kami sangat terpesona dengan keindahan pemandangan yang ditawarkan dari puncak Gunung Api Purba. Angin disana cukup kencang sehingga kami juga berhati -- hati agar tidak terjadi yang tidak kami inginkan. Setelah puas berfoto dan melihat pemandangan yang indah, kami turun dan pulang ke homestay masing masing untuk berisitrahat sejenak.

Tetapi saya tidak langsung beristirahat, setelah turun gunung mata kaki (angkle) saya bengkak, pengelola tersebut langsung memanggil tukang urut setempat dan mengantarkan ke homestay saya. Alhamdulillah angkle saya mulai membaik setelah diurut, tukag urutnya mantab abis! Tidak lama kemudian kami diajak ke tempat proses pembuatan makanan dan minuman yang terbuat dari cokelat. Cokelat itu sendiri ditanam dan dikembangkan dari masyarakat setempat yang dijadikan makanan dan minuman khas desa Nglanggeran.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Setelah itu kami di ajak ke Griya Cokelat Nglanggeran, yaitu tempat penjualan oleh -- oleh cokelat yang kita buat tadi. Griya Cokelat ini hanya ada 1 tempat saja di desa Nglanggeran, dan merupakan oleh -- oleh desa Nglanggeran yang cukup nikmat untuk dibawa pulang.

Sorenya kami menuju ke Kampung Pitu yang berada di atas bukit, jarak nya cukup lumayan jauh dari desa. Disana kami menikmati atraksi kuda lumping yang menurut saya cukup menyeramkan. Ditengah tengah atraksi, salah satu kuda lumping nya ada yang kabur kedalam hutan, wisatawan dan masyarakat sekitar pun panik dan tentunya saya pun sangat takut.


Tetapi jangan khawatir, kuda lumping tersebut langsung dikejar dan di amankan oleh dukun yang mengawasi kuda lumping tersebut. Setelah beberapa jam kemudian kami diajak keatas bukti yang tidak jauh dari Kampung Pitu, pemandangan disana tidak kalah menakjubkan membuat kami terpesona dan bergegas untuk berfoto. Angin disana juga cukup kencang dan sejuk.

Hari mulai gelap, setelah dari Kampung Pitu kami pulang untuk beristirahat sejenak. Sekitar pukul 7 malam kami diajak belajar membungkus makanan khas Jawa memakai daun pisang, sebenarnya saya lupa nama nya apa jadi harap maklum ya! Tidak hanya membungkus nya saja tetapi makanan yang disediakan juga merupakan makanan khas Jawa. Selain itu kami juga diperkenalkan pakaian adat khas desa Nglanggeran Yogyakarta.

Setelah belajar dan diperkenalkan makanan dan pakaian adat khas Jawa, kami menutupi hari terakhir kami di desa dengan menyalakan api unggun. Kami menikmati dinginnya malam di desa dengan hangat nya api unggun. Acara malam ini bebas, kami berjoget bersama, bernyanyi bersama, bercengkrama serta berfoto bersama. Tentunya acara tersebut diramaikan oleh pengelola juga, pengelola disana tentunya seperti teman sendiri yang sangat terbuka dengan kami. Malam itu kami habiskan bersama dengan
pengelola juga.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Hari keempat, waktunya kami pulang. Kami berpamitan dengan keluarga homestay setempat, dan juga berpamitan dengan pengelola yang sudah mengajak kami berbagai macam aktivitas. Kami sangat sedih, bahkan beberapa teman saya ada yang nangis. Kita bukan lebay atau cuma acting, tetapi kami sedih karena masyarakat setempat sudah seperti teman kami sendiri.

Karena menurut kami jarang pengelola ataupun masyarakat desa wisata seperti masyarakat di desa Nglanggeran yang sangat terbuka, ramah, dan asik diajak berbincang. Tetapi hari itu kami harus berpisah, kami pulang ke Jakarta. Terimakasih desa Nglanggeran untuk pembelajaran dan pengalaman yang sangat berkesan, kami tidak akan melupakannya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun