Mohon tunggu...
Wan Riyansyah Febrito
Wan Riyansyah Febrito Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

NIM: 43122010413 Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika Jawa Kuna

11 April 2023   20:07 Diperbarui: 11 April 2023   20:28 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Etika Jawa Kuna adalah seperangkat nilai-nilai dan norma-norma yang dipegang oleh masyarakat Jawa pada masa lampau. Hubungan dialektis antara Jagat Gumelar dan Jagat Gumulung adalah salah satu konsep dalam Etika Jawa Kuna yang mengacu pada konsep kosmologi atau pandangan dunia masyarakat Jawa pada masa lalu.

Jagat Gumelar adalah istilah yang digunakan untuk menyebut alam gaib yang meliputi dewa-dewa dan roh-roh yang dianggap memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia. Sedangkan Jagat Gumulung adalah istilah yang mengacu pada alam manusia yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan bumi (sasangka), lapisan manusia (manungsa), dan lapisan langit (khayangan).

Konsep Sadulur Papat Lima Pancer juga merupakan bagian dari Etika Jawa Kuna yang mengacu pada nilai persaudaraan atau solidaritas sosial dalam masyarakat Jawa. Sadulur Papat Lima Pancer mengacu pada kelompok lima atau empat orang yang memiliki hubungan kekerabatan atau persaudaraan yang erat.

Dalam Etika Jawa Kuna, terdapat hubungan dialektis antara Jagat Gumelar dan Jagat Gumulung dengan Sadulur Papat Lima Pancer. Konsep ini menggambarkan bahwa keberadaan manusia di dunia tidak dapat dipisahkan dari keberadaan alam gaib, dan bahwa keberadaan manusia dan alam gaib saling mempengaruhi.

Selain itu, Sadulur Papat Lima Pancer juga dianggap memiliki hubungan yang erat dengan alam gaib, karena mereka dianggap memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan dewa dan roh melalui ritual-ritual tertentu. Oleh karena itu, nilai-nilai persaudaraan dan solidaritas dalam Sadulur Papat Lima Pancer dianggap penting untuk menjaga keseimbangan dan harmoni antara manusia dan alam gaib.

Secara keseluruhan, Etika Jawa Kuna menekankan pentingnya keseimbangan, harmoni, persaudaraan, dan kerjasama dalam kehidupan manusia, dan menghubungkan manusia dengan alam gaib dan alam manusia melalui hubungan dialektis antara Jagat Gumelar, Jagat Gumulung, dan Sadulur Papat Lima Pancer.

Contoh dari penerapan Etika Jawa Kuna yang mengacu pada hubungan dialektis antara Jagat Gumelar, Jagat Gumulung, dan Sadulur Papat Lima Pancer adalah dalam upacara tradisional Jawa, seperti slametan atau sedekah bumi.

Dalam upacara tersebut, umat Jawa memohon keselamatan dan keberkahan kepada dewa dan roh dalam Jagat Gumelar, serta memohon keberkahan dari bumi dan hasil-hasil panennya dalam Jagat Gumulung. Selain itu, upacara tersebut juga dihadiri oleh anggota Sadulur Papat Lima Pancer yang bertugas untuk menjaga keharmonisan dalam upacara dan memastikan bahwa semua orang yang hadir merasa diterima dan dihargai.

Upacara tersebut merupakan contoh dari bagaimana Etika Jawa Kuna menghubungkan manusia dengan alam gaib dan alam manusia, serta menekankan pentingnya nilai-nilai persaudaraan dan solidaritas dalam menjaga keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan manusia.

Daftar Pustaka
Suprapto, Hadi. 2009. Menggali Kearifan Lokal Budaya Jawa. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Mulyana, Deddy. 2007. Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun