Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aku Olahraga Maka Aku Ada

27 Oktober 2020   15:45 Diperbarui: 27 Oktober 2020   16:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saking sukanya sepak bola, saat SD saya memohon didaftarkan sekolah sepak bola (SSB). Ketika itu pasca Piala Dunia 1998. Dunia terkena demam bola, tidak terkecuali saya.

SSB menjawab impian para bocah untuk meniru gocekan para idola. Saya ingin bisa seenergik Michael Owen, segarang Gabriel Omar Batistuta, dan setampan David Beckham.

Sampai SMP saya masih sepak bola, tapi tidak serutin saat SD. Berangkat dan pulang sekolah jalan kaki atau nyepeda. Saat libur, lari bersama bapak atau bersepeda bersama teman selalu awali hari.

Nah, saat SMA, saya mulai jarang olah raga. Jarak sekolah sekitar 22km membuat waktu dan tenaga tersita. Belum lagi ditambah jadwal ekstra kurikuler dan bimbingan belajar. Rasanya, saat itu yang rutin bergerak hanya jari tangan untuk mencatat pelajaran.

Seingat saya, frekuensi olahraga saya jauh berkurang semasa SMA. Sesekali bersepeda, sesekali sepak bola, dan jarang lari pagi.

Sementara, bapak dan ibu terus saja. Tak pernah berhenti. Padahal, khususnya bapak, bekerja sangat sibuk. Tapi tetap saja, tak banyak alasan. Lari terus, sepeda terus.

***

Data berbicara hanya 35,7% penduduk Indonesia yang aktif olahraga. Itu berarti hanya sekitar sepertiga seluruh penduduk. Itu sungguh sedikit, tapi saya percaya data itu.

Bukti empiris yang saya miliki, bapak bersama kelompoknya yang tak sampai belasan orang itulah sedikit dari penduduk di tempat tinggal saya yang aktif olahraga. Mereka sangat istiqomah.

Jika dikerucutkan kembali dari sekian orang itu, yang betul-betul tak kenal lelah hanya sekitar separuhnya. Salah satunya, bapak.

Jadi, memang betul, tidak banyak orang yang konsisten dan persisten berolahraga. Saya beruntung memiliki teladan langsung dan dekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun