Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jangan Sepelekan Hal Kecil (Pelajaran dari Masalah yang Terjadi pada Komputer Saya)

26 November 2015   04:36 Diperbarui: 26 November 2015   10:47 1929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="stres! (sumber : venusbuzz.com)"][/caption]Hari ini saya mendapat pelajaran yang mahal - bahkan mungkin sangat mahal.

Bermula dari masalah yang terjadi pada salah satu komputer saya yang selalu shutdown dan/atau hang setiap kali merender video, saya mengambil kesimpulan bahwa sumber masalahnya ada di power supply.  Selain sudah uzur (kurang lebih 3 tahun sejak pembelian), power supply (PSU) yang terpasang di komputer tersebut masih bawaan casing dengan daya 500 watt.

Sebetulnya masalahnya sudah berlangsung cukup lama, hanya saja tingginya nilai dollar membuat saya menahan diri membeli power supply yang harganya naik dari kisaran Rp 800.000 menjadi Rp 1.200.000, alhasil kebutuhan render-merender sementara ditangani komputer lain.

Setelah harga komponen komputer termasuk power supply berada di titik yang saya nilai wajar, saya pun memutuskan membeli PSU berdaya 600 watt dan berlabel 80+ di Mal Ambassador Jakarta Selatan dengan harga Rp 950.000 - sementara barang yang sama di Mangga Dua dijual dengan harga sekitar Rp 880.000.

Masalah Berikutnya Muncul!

Sesampai di rumah, saya segera memasang power supply dan bermaksud melakukan pengetesan. Namun masalah berikutnya muncul, hardisk SSD 128 GB yang saya jadikan sistem tidak terbaca (tidak mau masuk Windows) padahal BIOS mendeteksi keberadaan perangkat tersebut.  Segala tindakan sudah saya lakukan seperti membetulkan posisi kabel, membersihkan hardisk, hingga menukar kabel.

Hasilnya nihil.

Saya pun terpaksa instal ulang Windows.

Seharusnya proses instalasi berlangsung sekitar 15-20 menit (Windows 7 Profesional x64 karena RAM yang terpasang di komputer saya sebesar 16 GB), namun entah kenapa proses instalasi selalu gagal di tengah jalan.  Dari 3 instaler non-ori dan 1 instaler original sistem operasi besutan Microsoft tersebut, tak ada satupun yang berhasil diinstal!  Bahkan seorang sahabat sampai jauh-jauh meminjamkan DVD instaler-nya pada saya, namun hasilnya masih sama.

Saya stres.

Bayangkan, selama 5 jam lebih saya gagal menginstal Windows tanpa tahu di mana sumber masalahnya.

Putus asa, saya pun mencoba menginstal Windows di hardisk biasa.

Ternyata bisa!

Apa itu berarti hardisk SSD saya pun bermasalah?  Apalagi usia pakainya sudah sekitar 3 tahun dengan pemakaian setiap hari dimana pemakaian satu harinya lebih dari 10 jam.

"Wajarlah, Mas.  Namanya juga sudah 3 tahun," kata sahabat saya.

Sukses menginstal Windows, selama 2 jam berikutnya saya menginstal aplikasi-aplikasi penunjang pekerjaan saya.

Done!

Sekarang saatnya pengetesan!

Masalahnya Ada di Mana?

Jam 6 pagi saya mencoba merender pertandingan Liga Champions antara FC Barcelona vs AS Roma (yang hasil akhirnya sungguh mengejutkan, 6-1).  Saya pun harap-harap cemas menunggu selesainya proses rendering yang diperkirakan berlangsung selama 10 menit.

Berhasilkah?

Faktanya kenyataan tak terjadi sesuai harapan.  Dari dua kali pengetesan, proses render selalu gagal, komputer masih mati dengan sendirinya!

Sia-sia kemarin beli power supply, batin saya.

Jangan-jangan power supply yang kemarin sebenernya masih bagus.

Sebenarnya, masalahnya ada di mana?

Saya lalu melakukan analisis berdasarkan fakta-fakta yang saya ketahui selama ini sbb :

  1. Render merupakan tugas prosesor.  Semakin bertenaga prosesornya, semakin cepat prosesnya.
  2. Makin kuat prosesornya, daya yang dibutuhkan semakin tinggi.
  3. Saat melakukan rendering, prosesor akan bekerja lebih keras sehingga butuh daya lebih besar dari biasanya.  Imbas dari kerja keras dan asupan daya akan membuat suhu prosesor meninggi.
  4. Komputer (BIOS) punya sistem pengaman yang secara otomatis akan melakukan shutdown apabila suhu prosesor terlalu tinggi.

Mohon koreksinya apabila ada kesalahan dalam pendapat saya di atas.

Awalnya saya menyimpulkan bahwa power supply tidak mampu menyediakan daya yang diminta prosesor, namun kesimpulan tersebut ternyata salah.  Saya pun memikirkan kemungkinan kedua; suhu prosesor terlalu tinggi, proses pendinginan tidak bekerja dengan baik, atau kipas prosesor sudah harus diganti.

Saya memutuskan memeriksa prosesor, dan untuk itu saya harus melepas kipas prosesor (HSF, heatsink fan) terlebih dahulu.

Insiden Fatal!

Di luar dugaan, kipas yang dipasang di prosesor ternyata sangat sulit dilepas, padahal seperti yang saya tulis sebelumnya - kipas ini harus dilepas dulu supaya saya bisa melepas prosesor dari soketnya.  Dengan pengunci kipas yang sudah terbuka, saya benar-benar tak mengerti kenapa kipas ini bisa begitu lengket dengan prosesornya.

Saya mencoba melepas kipas tersebut.

Dan kecelakaan fatal terjadi!

Dengan kondisi masih menempel pada kipas, prosesor tercabut secara paksa dari soketnya!  Kelegaan saya karena berhasil melepas kipas berubah menjadi kepanikan dan kecemasan.

Jangan-jangan prosesornya rusak!

Kecemasan saya terbukti, beberapa kaki dari prosesor AMD FX-6100 Six Core tersebut bengkok!

[caption caption="kaki prosesor yang bengkok karena prosesor tercabut paksa dari soketnya (dokpri menggunakan sony ericsson xperia ray & lensa makro tambahan)"]

[/caption]

[caption caption="sekadar informasi, begini perbandingan prosesor dengan flashdisk (dokpri menggunakan sony ericsson xperia ray)"]

[/caption]Keringat dingin pun mengucur, masih segar di ingatan saya bahwa 3 tahun lalu prosesor tersebut mesti ditebus dengan harga sekitar Rp 1,2 juta.

Tapi mau bagaimana lagi?  Mau tidak mau saya harus membeli prosesor baru, dan tidak mungkin memilih prosesor yang kelasnya di bawah prosesor yang sudah rusak tersebut.

Setelah melakukan survei harga, saya bergegas melaju ke Mangga Dua untuk membeli prosesor baru yang kemampuannya setingkat lebih tinggi dan dijual dengan harga lebih dari Rp 1,4 juta.

Alhamdulillah, 3 jam perjalanan pulang-pergi menggunakan kereta tak berakhir sia-sia.

Setelah prosesor baru tersebut dipasang, saya melakukan instalasi Windows lagi di hardisk SSD yang kemarin ngadat.  Kali ini saya menggunakan USB flashdisk (bukan DVD) sebagai media instaler-nya.

Uniknya, kali ini proses instalasi Windows 7 Profesional original berjalan tanpa masalah!

Untung tadi nggak jadi beli SSD, ucap saya dalam hati.

Kan lumayan ngirit 800 ribu.

Setelah terinstal semua aplikasi yang dibutuhkan, sekarang saatnya melakukan tes render.  Ritual harap-harap cemas pun terulang kembali.

Alhamdulillah, dua kali tes render berlangsung baik dan berhasil.

Leganya!

Pelajaran yang Berharga Sangat Mahal

Dari penelusuran di forum-forum dunia maya, saya akhirnya menyadari bahwa kegagalan proses render sebelumnya disebabkan oleh kegagalan sistem pendinginan yang merupakan tanggung jawab kipas prosesor.

Kipas prosesor yang terpasang sebenarnya kinerjanya masih baik, hanya saja saya lupa satu hal sepele tapi sangat penting yaitu thermal paste.

[caption caption="begini kira-kira penampakan thermal paste (dokpri menggunakan sony ericsson xperia ray)"]

[/caption]Thermal paste adalah pasta yang dioleskan antara permukaan prosesor dengan dasar kipas prosesor, fungsinya untuk meningkatkan konduktivitas termal antara dua permukaan dengan mengisi celah-celah mikroskopis (sumber).  Dengan kata lain, thermal paste berfungsi mempercepat perambatan panas dari permukaan prosesor menuju kipas agar bisa segera dilepaskan ke udara.

[caption caption="ilustrasi cara kerja thermal paste (sumber : alavictor.wordpress.com)"]

[/caption]Lalu di mana kesalahan fatal saya sehingga prosesor menjadi korban?

Sejak saya membeli komputer tersebut sekitar tahun 2012, tak pernah sekalipun saya mengganti thermal paste.  Akibatnya pasta tersebut mengering dan mengeras sehingga selain pendinginannya tak maksimal, prosesor pun jadi lengket dengan kipasnya.

Itu kesalahan saya.

Lalu, seberapa sering thermal paste harus diganti?  Dan berapa harga thermal paste?

Tidak ada aturan baku mengenai seberapa sering pasta ini harus diganti, ada yang bilang setiap 2-3 bulan, ada pula yang bilang 6 bulan.  Pada intinya tergantung pemakaian, kalau melihat kasus saya, komputer mulai bermasalah setelah 2-3 tahun pemakaian.  Tapi ya kebangetan juga sih kalau 2 tahun nggak ganti thermal paste.

Sisi positifnya, berarti thermal paste yang saya gunakan berkualitas bagus karena baru ngadat setelah bertahun-tahun hehehe...

Untuk harga thermal paste bervariasi mulai dari Rp 30.000 hingga lebih dari Rp 350.000.

Ah, seandainya saya rutin mengganti thermal paste, saya tak perlu 'berkorban' hingga lebih dari Rp 2 juta rupiah untuk membeli power supply dan prosesor baru.

Pelajaran yang berharga sangat mahal.

Semoga sharing saya kali ini bermanfaat.

Nah sudah berapa lama usia komputer Kompasianer?  Pernahkah Kompasianer membuka casing dan membersihkan bagian dalam komputer Kompasianer?  Sudah pernah mengganti thermal paste?

Jangan sepelekan hal kecil.

UPDATE :

Begini pengaplikasian thermal paste :

  1. Sebelumnya tempatkan prosesor pada soket motherboard dan kunci, kemudian oleskan sedikit saja thermal paste pada permukaan prosesor dan dasar kipas prosesor (HSF) sbb :
    [caption caption="oleksan thermal paste sedikit saja, sebelumnya pastikan pada prosesor sudah terkunci di soketnya (dokpri menggunakan meizum m2 note)"]
    [/caption]
  2. Berikutnya pasang HSF kemudian putar-putar sedikit agar thermal paste menyebar di permukaan prosesor, lalu kunci HSF,
    [caption caption="pasang hsf, sebelumnya putar-putar dulu agar thermal paste menyebar merata (dokpri menggunakan meizu m2 note)"]
    [/caption]

sumber gambarTulisan ini dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun