Mohon tunggu...
Rifki Ryandra Hashfi
Rifki Ryandra Hashfi Mohon Tunggu... Mahasiswa - A connoisseur of everything (You name it.)

Greetings. My name is Rifki Ryandra Hashfi and I am currently pursuing my third year of Bachelor of Humanities in English Literature, Diponegoro University. I develop a great interest in arts, language, literature, and social issues. Henceforth, I am keen to meet people whom develop and share the same interest as me.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Lagi Abai dengan Maskermu! Simak Jenis dan Pola Penggunaan Masker Milik Mahasiswa UNDIP Berikut Ini!

1 Agustus 2021   17:19 Diperbarui: 2 Agustus 2021   14:51 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini dia, nih, brosur pertama! Mana yang paling sering beredar di daerahmu?. Dokpri

Kelurahan Bojongkulur, Bogor, Jawa Barat (30/7). Dewasa ini, eksistensi dari sebuah masker dapat dianggap sama pentingnya dengan kebutuhan-kebutuhan esensial lainnya. Masker memang telah hadir bahkan sebelum Pandemi COVID-19 menerjang berbagai belahan dunia. 

Namun, seiring dengan penyebaran Coronavirus yang kian marak terjadi dalam kurun waktu setahun belakangan, eksistensi masker kini seolah dianggap jauh lebih penting dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini tentu merupakan sebuah hal yang tidak dapat disalahkan, mengingat salah satu fungsi dari masker sendiri adalah untuk menangkal berbagai macam partikel-partikel yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia, di mana partikel-partikel tersebut memang sejatinya tidak dapat diidentifikasi dengan mata telanjang.

Sayangnya, anggapan ini tentu bukanlah satu-satunya anggapan yang berdiri di tengah masyarakat. Jikalau ada kelompok masyarakat yang menganggap masker sebagai sebuah kebutuhan esensial, maka pendapat yang bertolakbelakang tetap hadir untuk sekadar menentang anggapan tersebut. 

Dilansir berdasarkan anggapan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat melalui laman Kompas.com, meskipun anjuran untuk memakai masker di ruang publik kerap gencar dilakukan oleh berbagai kalangan yang berkredibilitas tinggi untuk menginstruksikan hal terkait, tetap saja tidak semua instruksi tersebut diterima dengan hangat oleh seluruh kalangan masyarakat. 

Hal ini biasanya disebabkan oleh beberapa alasan, seperti kondisi kesehatan, informasi yang dianggap keliru, adanya campur tangan politik dalam menangani permasalahan mengenai Pandemi COVID-19, keyakinan dan kesehatan dari masing-masing individu, serta status herd immunity yang dimiliki oleh tiap-tiap negara.

Dari sekian banyak alasan di atas, setidaknya terdapat satu alasan yang berhasil penulis identifikasi melalui lingkungan terdekat penulis, yaitu RT 002, RW 030, Desa Bojongkulur, Kelurahan Bojongkulur, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang dipimpin oleh Sumanto sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT) daerah terkait. 

Melalui wawancara singkat yang penulis lakukan dengan Pak Sumanto, beliau menyatakan bahwa meskipun pola pemakaian masker yang ada di lingkungannya telah diterapkan oleh masyarakat secara efektif, masih ada beberapa masyarakat lain yang enggan menggunakan masker jikalau mereka hendak merambah tempat yang terlampau tidak terlalu jauh dari kediaman mereka masing-masing. Fenomena ini dilatarbelakangi oleh satu alasan, yaitu keyakinan. 

Masyarakat menganggap pola penyebaran virus akan cukup mustahil untuk terjadi jika mencakup lokasi-lokasi yang berdekatan antar satu sama lain. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat memilih untuk tidak menggunakan masker jika tidak ada kebutuhan mendesak seperti bepergian jarak jauh, atau jika mereka tidak menghabiskan waktu yang lama di luar ruangan.

Berbekal dengan kekhawatiran jangka panjang yang dimiliki oleh Ketua RT setempat, didukung dengan keinginan milik penulis yang ingin berkontribusi dalam mengurangi angka penyebaran Pandemi COVID-19, maka program bertajuk Masker A vs Masker B? Manakah Pilihan yang Sesuai untuk Menangkal Virus COVID-19? dilaksanakan selama satu minggu sebagai program kedua dari seluruh rangkaian Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diemban oleh penulis sebagai salah satu mahasiswa Universitas Diponegoro. 

Program ini merupakan kontinuitas dari program milik penulis sebelumnya bertajuk Literasi dan Peranannya dalam Memajukan Generasi Bangsa di Masa Pandemi COVID-19, di mana program pertama tersebut lebih cenderung berorientasi untuk meningkatkan Quality Education sebagai salah satu bagian dari SDG di wilayah terkait.

Rangkaian dari program tersebut meliputi studi pustaka mengenai jenis-jenis masker yang saat ini beredar secara luas di masyarakat, peringkasan dari keseluruhan materi yang telah ditemukan oleh penulis, penyuntingan melalui wadah berbasis online, serta pengiriman poster melalui Ketua RT selaku perwakilan utama dari wilayah terkait, untuk selanjutnya disebarkan kembali ke masyarakat, dengan Kepala Keluarga dan Ibu Rumah Tangga sebagai target utama dari program tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun