Strategi Penanganan (10 Tahun)
Jangka Pendek (1-2 tahun) Digitalisasi menyeluruh pelayanan publik seperti pengurusan izin usaha, pembayaran pajak dan layanan kependudukan melalui satu aplikasi terintegrasi yang dapat diakses via smartphone mengikuti model e-Estonia yang telah mendigitalisasi 99% layanan pemerintah atau Dubai Smart City dengan aplikasi DubaiNow. Program pelatihan intensif untuk meningkatkan kompetensi digital dan pelayanan ASN dengan fokus pada customer service excellence seperti yang diterapkan di Singapura Civil Service. Implementasi sistem antrian online dan feedback real-time untuk meningkatkan kepuasan masyarakat. Jangka Menengah (3-5 tahun) Penerapan konsep smart city melalui instalasi sensor-sensor IoT untuk memantau lalu lintas, kualitas udara, pengelolaan sampah dan penggunaan energi secara real-time seperti Smart Nation initiative Singapura atau Amsterdam Smart City. Pembukaan akses data publik (open data) seperti data.gov.uk di Inggris atau data.gov di Amerika Serikat yang memungkinkan masyarakat dan peneliti mengakses data pemerintah untuk transparansi dan inovasi. Pengembangan sistem e-budgeting yang transparan seperti Participatory Budgeting di Porto Alegre, Brasil. Jangka Panjang (6-10 tahun) Transformasi budaya birokrasi dari yang berorientasi kekuasaan menjadi berorientasi pelayanan melalui sistem reward and punishment yang jelas program magang di sektor swasta seperti Public Service Transformation Programme di Malaysia dan pertukaran pegawai dengan kota-kota maju seperti Sister Cities Program. Implementasi artificial intelligence untuk memprediksi kebutuhan pelayanan publik seperti IBM Watson for Government yang diterapkan di beberapa kota AS. Penciptaan ekosistem inovasi dalam pemerintahan seperti GovTech Singapura yang mendorong ASN untuk terus belajar dan berinovasi.
Sinergi dan Penutup
Keempat tantangan prioritas ini bukanlah masalah yang berdiri sendiri melainkan saling terkait dalam satu ekosistem perkotaan yang kompleks. Sistem transportasi yang efisien dan ramah lingkungan akan mengurangi polusi udara dan membuka akses ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Ketahanan lingkungan yang baik akan menciptakan kota yang lebih sehat dan produktif yang pada gilirannya akan menarik investasi dan menciptakan lapangan kerja. Pengurangan kesenjangan sosial dan ekonomi akan menciptakan stabilitas sosial yang diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan. Sementara itu tata kelola yang baik adalah prasyarat mutlak untuk mensukseskan seluruh program pembangunan tersebut. Visi "Kota yang Berketahanan, Inklusif dan Cerdas" hanya dapat diwujudkan melalui pendekatan holistik yang mengintegrasikan keempat dimensi pembangunan ini dalam satu rencana induk yang koheren. Setiap kebijakan harus dievaluasi dampaknya terhadap keempat aspek tersebut sehingga tidak ada program yang mengorbankan satu aspek demi kepentingan aspek lainnya. Kota yang kita impikan bukanlah mimpi yang mustahil. Kota-kota seperti Singapura (transformasi dari negara berkembang menjadi smart nation dalam 50 tahun), Copenhagen (menjadi salah satu kota paling layak huni dan akan carbon neutral pada 2025), Seoul (transformasi digital yang luar biasa dalam 20 tahun), Barcelona (model smart city dan urban innovation), Vienna (kualitas hidup terbaik dunia dengan social housing yang luar biasa), dan Curitiba (model sustainable urban planning dari Brasil) telah membuktikan bahwa transformasi kota yang berkelanjutan dapat dicapai dalam waktu satu hingga dua dekade dengan kepemimpinan yang visioner dan komitmen yang konsisten. Mimpi itu dimulai dengan kepemimpinan yang berani mengambil keputusan sulit, perencanaan yang cermat berdasarkan data dan evidence dan yang terpenting partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Karena pada akhirnya membangun kota bukan hanya tugas walikota tetapi tanggung jawab bersama kita semua sebagai warga kota yang mencintai tempat tinggalnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI