Berlemah Lembutlah dengan Sesama Muslim
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Viral di media sosial kasus mobil mewah yang dikendarai pengusaha cat menabrak pengendara motor di Solo, hanya karena tak senang mobilnya di serempet.Â
Adu mulut terjadi, dan emosi membakar keduanya hingga berlanjut dengan kejar kejaran di jalan, berakhir di depan sebuah kantor polisi dengan menabrak pengendara motor dari belakang hingga meninggal dunia ditempat.
Kemudian viral di sebuah SPBU di Deli, Serdang seorang oknum TNI memukul petugas perempuan hanya karena tidak terima perlakuan petugas yang menginginkan dirinya sesuai urutan antri. Supaya lebih tertib.
Dan masih banyak lagi kejadian kekerasan yang terjadi dipicu perkara sepele, saling ejek, saling pamer, saling cela dan lain sebagainya. Yang terlibat bisa ibu-ibu, pelajar, teman satu club, dan bahkan para penguasa di negri ini. Seakan-akan mereka hina ketika berseberangan pendapat dengan kita. Tak lagi nampak bahwa mereka adalah sesama saudara seakidah, hilang rasa kasih sayangnya berganti dengan dendam kesumat.
Tentu sifat mudah tersulut amarah bukanlah datang begitu saja, ia adalah perwujudan dari gharizah baqa  yang memang disertakan Allah agar manusia bisa bertahan hidup, bersama gharizah yang lainnya dan hajatul udwiyahnya.
Namun amarah juga bisa muncul tak terkendali sebagai  bentukan dari faktor eksternal yang terus menerus menimpa seseorang, mulai dari tekanan hidup yang hedonis, liberal, pendidikan yang rendah dan sarat dengan kapitalisme dan lingkungan yang membentuk pribadinya dimana dia tinggal.Â
Maka Islam telah memberikan arahan agar seseorang lebih mudah menyalurkan ghazirah baqanya. Selain memerintahkan agar akidah islam menjadi pandangan hidupnya, secara berjamaah juga memerintahkannya untuk diterapkan kaffah di segala aspek kehidupan.
Maka perlu kesadaran yang benar agar manusia sampai kepada perbuatan yang benar pula. Karena prilaku seseorang sangat tergantung kepada pemahamannya terhadap suatu fakta. Kesadaran bahwa setiap muslim dilihat oleh Allah maka otomatis akan membuat manusia tidak selalu mengedepankan otot ketika menyelesaikan masalah, tapi dengan akal.
Allah menyebutkan sifat dan karakteristik orang beriman, yang termasuk kaumnya Nabi Muhammad mereka istimewa, dengan  saling berkasih sayang antara sesama mereka.