Diabetes merupakan salah satu penyakit metabolik yang paling umum di dunia. Penyakit ini terjadi ketika tubuh tidak mampu mengatur kadar gula darah secara normal, baik karena kurangnya produksi insulin maupun karena tidak efektifnya kerja insulin dalam tubuh. Gula darah yang tidak terkendali dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti kerusakan pada ginjal, mata, saraf, dan sistem kardiovaskular.
Salah satu jenis diabetes yang cukup dikenal adalah diabetes tipe 1, yang biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja. Berbeda dengan tipe 2 yang sering dikaitkan dengan gaya hidup dan resistensi insulin, diabetes tipe 1 adalah kondisi autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan menghancurkan sel beta pankreas penghasil insulin. Akibatnya, tubuh sama sekali tidak dapat memproduksi insulin, yang sangat penting untuk mengatur kadar glukosa dalam darah.
Artikel ini bertujuan untuk membahas hubungan erat antara insulin dan diabetes tipe 1. Dengan memahami peran vital insulin dan bagaimana kekurangannya berdampak pada tubuh, diharapkan pembaca dapat lebih memahami pentingnya pengelolaan penyakit ini. Edukasi yang baik tentang insulin dan pengaruhnya terhadap diabetes tipe 1 dapat membantu penderita, keluarga, dan masyarakat dalam mendukung upaya pengendalian penyakit ini secara optimal.
Insulin adalah hormon penting yang diproduksi secara alami oleh tubuh dan berperan utama dalam pengaturan kadar gula darah. Hormon ini berbentuk protein dan disekresikan oleh pankreas, khususnya oleh sel beta yang terletak di dalam pulau Langerhans. Tanpa insulin, tubuh tidak mampu memproses glukosa dengan efisien, yang dapat menyebabkan kadar gula darah menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Fungsi utama insulin adalah membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa dari darah untuk digunakan sebagai sumber energi. Setelah seseorang makan, kadar glukosa dalam darah meningkat. Insulin dilepaskan sebagai respons terhadap peningkatan ini, lalu bekerja dengan cara membuka "pintu" pada sel-sel tubuh agar glukosa dapat masuk. Selain itu, insulin juga membantu menyimpan kelebihan glukosa dalam bentuk glikogen di hati dan otot untuk digunakan nanti ketika tubuh membutuhkan energi tambahan.
Insulin diproduksi di pankreas, organ kecil yang terletak di belakang lambung. Sel beta dalam pankreas bertugas mendeteksi naiknya kadar glukosa dalam darah dan merespons dengan melepaskan insulin. Pada individu dengan sistem metabolisme yang sehat, proses ini berlangsung secara otomatis dan seimbang. Namun, ketika sel beta rusak seperti pada penderita diabetes tipe 1, produksi insulin berhenti total, dan tubuh tidak dapat lagi mengatur kadar gula darah secara alami. Diabetes tipe 1 adalah salah satu bentuk diabetes melitus yang ditandai dengan hilangnya kemampuan tubuh untuk memproduksi insulin secara alami karena kerusakan permanen pada sel beta pankreas. Kondisi ini disebabkan oleh reaksi autoimun, yaitu ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang dan menghancurkan sel beta yang memproduksi insulin di dalam pankreas. Akibatnya, tubuh sama sekali tidak memiliki atau hanya memiliki sangat sedikit insulin, sehingga glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi dan menumpuk dalam aliran darah. Diabetes tipe 1 biasanya muncul pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda, meskipun bisa juga terjadi pada usia berapa pun.
Gejala diabetes tipe 1 sering muncul secara tiba-tiba dan memburuk dengan cepat jika tidak segera ditangani. Beberapa tanda umum yang dapat dikenali antara lain adalah sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil (poliuria), penurunan berat badan yang drastis meskipun nafsu makan tetap atau meningkat, serta merasa sangat lelah atau lemah. Gejala lainnya bisa termasuk penglihatan kabur, luka yang sulit sembuh, dan pada kasus parah, bisa menyebabkan kondisi yang disebut ketoasidosis diabetik, yang merupakan keadaan darurat medis.
Perbedaan utama antara diabetes tipe 1 dan tipe 2 terletak pada penyebab dan mekanisme penyakitnya. Pada diabetes tipe 1, penyebabnya adalah kerusakan autoimun yang menghancurkan sel beta, sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin sama sekali. Sementara itu, diabetes tipe 2 lebih berkaitan dengan resistensi insulin, yaitu ketika sel-sel tubuh tidak merespons insulin secara efektif meskipun hormon tersebut masih diproduksi. Diabetes tipe 2 biasanya berkembang secara perlahan dan berkaitan erat dengan faktor gaya hidup seperti kelebihan berat badan, kurang aktivitas fisik, dan pola makan tidak sehat. Karena perbedaan inilah, penderita diabetes tipe 1 hampir selalu membutuhkan terapi insulin seumur hidup sejak awal diagnosis.
Pada penderita diabetes tipe 1, tubuh mengalami kegagalan total dalam memproduksi insulin karena kerusakan pada sel beta pankreas. Kerusakan ini disebabkan oleh respon autoimun, yaitu ketika sistem imun tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari ancaman luar seperti virus dan bakteri, justru menyerang jaringan tubuh sendiri. Dalam hal ini, yang diserang adalah sel beta penghasil insulin. Karena insulin tidak lagi diproduksi, tubuh tidak bisa memindahkan glukosa dari aliran darah ke dalam sel. Akibatnya, glukosa menumpuk di dalam darah dan tidak dapat digunakan sebagai sumber energi oleh jaringan tubuh.
Kekurangan insulin dalam tubuh menyebabkan kondisi yang disebut hiperglikemia, yaitu kadar gula darah yang tinggi secara kronis. Hiperglikemia bukan hanya menyebabkan gejala-gejala akut seperti sering buang air kecil, rasa haus berlebihan, dan kelelahan, tetapi juga dapat berdampak jangka panjang jika tidak ditangani. Kelebihan glukosa dalam darah merusak pembuluh darah kecil di mata, ginjal, dan saraf, serta meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Pada kasus yang parah, kekurangan insulin dapat menyebabkan kondisi darurat yang disebut ketoasidosis diabetik, di mana tubuh mulai memecah lemak untuk energi dan menghasilkan keton beracun.
Karena tubuh penderita diabetes tipe 1 tidak dapat memproduksi insulin sama sekali, satu-satunya pengobatan utama adalah terapi insulin seumur hidup. Tanpa terapi insulin, tubuh tidak akan mampu menjalankan fungsi metabolisme normalnya dan penderita berisiko tinggi mengalami komplikasi serius bahkan kematian. Terapi insulin menggantikan fungsi insulin alami, sehingga kadar glukosa dalam darah tetap dapat dikontrol secara eksternal. Oleh karena itu, penderita harus memantau kadar gula darah secara berkala dan menyesuaikan dosis insulin yang mereka gunakan sesuai dengan aktivitas, makanan, dan kondisi tubuh.