Pernahkah Anda merasa kesal saat membuka sebuah website yang lambat? Padahal saat diakses kedua kalinya, terasa jauh lebih cepat.Â
bisa begitu? Jawabannya ada pada teknologi bernama cache. Untuk membuktikan pengaruh cache terhadap kecepatan akses, penulis mencoba melakukan percobaan sederhana.
Tools yang dipakai : WebPageTest
Parameter yang diukur : load time, TTFB, LCP
Skema pengujian: dengan cache dan tanpa cache
Penulis menguji dua kondisi: pertama, ketika browser cache dihapus sepenuhnya, dan kedua ketika cache aktif. Website yang diuji adalah situs blog sederhana tanpa CDN tambahan.
Pengukuran dilakukan menggunakan WebPageTest.Untuk membuktikan pengaruhnya, saya melakukan uji coba sederhana di salah satu situs berita di Indonesia.
Pertama, membuka website seolah-olah baru pertama kali (tanpa cache), dan kedua, membuka ulang setelah cache browser aktif. Pengujian dilakukan lewat tools WebPageTest, yang bisa mensimulasikan kondisi jaringan 4G dan browser Chrome.
Tujuannya untuk melihat seberapa besar cache bisa mempercepat loading. Hasilnya cukup mencolok. Saat cache belum aktif, website tersebut butuh waktu lebih dari 10 detik untuk loading penuh. Namun setelah cache bekerja, waktunya turun drastis jadi sekitar 4 detik---selisih lebih dari 6 detik! Ukuran data yang harus diunduh pun berkurang sekitar 70%.
Selain itu, gambar, font, dan file JavaScript jauh lebih sedikit diminta datanya oleh browser. Akan tetapi, permintaan ke iklan dan pelacak dari pihak ketiga tetap muncul dan tidak ter-cache, sehingga masih membebani proses loading awal.
Dari uji coba ini terlihat bahwa cache sangat efektif untuk mempercepat akses konten statis seperti gambar, skrip, dan font. Namun, ada batasannya. Permintaan dari iklan dan pelacak tetap membuat loading awal sedikit terhambat. Artinya, cache saja belum cukup---pengelola web juga perlu mengoptimalkan elemen eksternal ini agar loading makin ringan.