Banyak pustakawan selama pengabdiannya hanya menjaga buku karya orang lain, sedikit saja yang bisa menjaga buku karyanya sendiri.
Kapan lagi pustakawan bisa menjaga bukunya sendiri di perpustakawan kalau tidak sekarang.
Saya mencoba memotivasi beberapa pustakawan dalam suatu pertemuan di lantai 2 Gedung Perpustakaan Daerah kabupaten Bangka di jalan Jendral Sudirnan Sungailiat dalam kegiatan Terlatih Menulis (Teralis).
Ini untuk kedua kalinya, setelah 2 tahun lalu pada tahun 2019 saya berbagi pengalanan dengan pustakawan di kabupaten Bangka dalam menulis di blog. Waktu itu saya menyampaikan pengalaman menulis di Kompasiana.
Dengan pengalaman dan ilmu nenulis yang sedikit saya ingin memotivasi pustakawan yang berada di perpustakaan desa, perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah untuk bersana-sama menghidupkan literasi menulis ini..
Banyak cara yang bisa dilakukan apa lagi di tengah pandemi ini. Ketika perpustakaan sepi dari pemustaka salah satu aktifitas yang bisa dilakukan yaitu menulis.
Selama 2 tahun pandemi Covid-19 ini kegiatan yang sata lakukan saat bekerja dari rumah ya menulis. Â Menulis di Kompasiana. Mengumpul karya yang ada dihimpun menjadi buku. Beberapa buku bisa diterbitkan.
Pengalaman inilah yang saya bagikan ketika teman-teman pustakawan di Perpusda Bangka yakni Yusnita dan Fitri mengajak berbagi prngalaman menulis buku pada kegiatan Teralis.
Saya beranikan diri untuk menerima tantangan ini. Dag dig juga melaksanakan kegiatan ini dengan memulai pengantar bahwa, "saya tidak banyak tahu teori menulis saya menulis mengikuti kata hati."
Kegiatan Teralis tanpa anggaran, semua dilakukan secara sukarela. Saya menyebutnya sebagai sedekah ilmu. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tidak tersedaa untuk kegiatan di oerpustakaan tahun ini karena dialihkan untuk penanganan Covid 19.
Setelah pertemuan dalam kelas yakni dengan tatap muka secara tetbatas dengan menerapkan protokol kesehatan dilanjutkan pertemuan berikutnya secara daring.