Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untung Tidak Mudik, di Udik Juga Bisa Terjangkit Covid

25 Mei 2020   06:01 Diperbarui: 25 Mei 2020   07:41 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sambungan video (dokpri)

Keberuntungan diketahui setelah peristiwa terjadi. Untung-untungan lain lagi, ini spekulasi antara untung ataukah buntung. Seperti juga menghadapi masa pandemi ini harus bersikap dengan keputusan yang paling aman guna menghindari penularan Covid-19.

"Untung kau tidak mudik nak, di udik ramai orang berkumpul, bisa juga terjangkiti Covid," kata seorang tamu saya yang masih keluarga dekat yang datang di hari pertama Idul Fitri, Minggu (24/5) nenerima sambungan video dari anaknya di perantauan.

Hari raya pertama akan ada lagi hari raya ke dua, biasanya sampai 3 hingga 5 hari masih ada yang datang bertamu. Ada istilah, "kalau masih ada kuenya masih lebaran." Karena itu lamanya lebaran di daerah kami. Ada yang diperpendek waktu lebaran yang menganut istilah, "kalau masih ada ketupat berarti masih lebaran." Itu waktunya sekitar 3 hari.

Saya tahu maksud pesan tamu saya kepada anaknya, selain untuk menghibur si anak yang jauh dan tidak bisa mudik lebaran juga memberikan informasi tentang kondisi udik (kampung) ramai dengan kerumunan massa saat lebaran. Terutama perbedaan menanggapi anjuran pemerintah. Ada yang mengikuti anjuran salat Id di rumah. Ada pula yang tetap mengikuti salat Id di dalam masjid dan lapangan (halaman masjid).

Saya bisa melindungi diri saya dengan menutuskan salat Id di rumah. Tapi saya tidak bisa menahan tamu saya yang datang bersilaturahmi lebaran. Sebagian dari mereka yang ikut dalam keramaian banyak orang saat salat Id di gelar di masjid maupun di luar masjid. Kondisi ini menjadi makanan empuk Covid-19 menularkan ke banyak orang. Karena itu perlu ada kesamaan dalam menyikapi anjuran pemerintah. Tanpa bersatu tidak akan bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Saya mendengar cerita beberapa tamu saya tentang kondisi salat Id yang diikuti. Di halaman masjid jemaah masih dalam posisi menjaga jarak tapi di dalam masjid saf yang rapat tidak terhindari. Ini terjadi di masjid dekat tempat saya tinggal. Sulit sekali warga untuk mematuhi aturan protok kesehatan.

Saya hanya bisa berdoa agar Covid-19 tidak menular lagi. Di tengah kecemasan tamu yang datang bersilaturahmi ke rumah. Ketika tamu datang tak terhindari berjabatan tangan. Ketika tamu pulang, langsung saya cuci tangan.

Memang yang paling aman dari penyebaran virus Covid-19 adalah dengan mudik online. Berkomunikasi secara virtual. Jauh dari penularan Covid-19.

Tidak hanya di kota, di kampung juga ramai dengan orang berkumpul. Karena itu untuk menghindari banyak berinteraksi dengan orang dan menghindari perasaan tidak nyaman menolak tamu yang banyak datang seperti lebaran hari pertama, sebaiknya di hari ke dua pintu rumah ditutup rapat. Mohon maaf.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al'Ansori

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun