Aku bertahan, tak kulihat lagi mereka yang berselancar di jalan sepi. Mengukir kata hingga menjadi puisi. Sepi bersuara dalam hati, tak ada suara karena akan mengganggu mimpi. Bulan masih bertahan, sedang bertaruh dengan matahari bahwa bulan tak akan melampaui pagi.Â
Perundingan di dalam sepi telah menjadi ritual, ketika lelaki bersemedi. Tanpa sesajen, juga tak ada kopi. Benar-benar sendiri, tanpa kawan yang biasa bermain dengan sepi.
Telah ditagih, ketika sepi mengingatkan kembali masa lalu pernah berjanji. Kuingin mengabaikan, tapi sepi tak mengizinkan karena janji harus ditepati hingga menjadi ideologi akibat terlalu lama tak dipenuhi.
Sungailiat, 19 Agustus 2019