Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sepi Dini Hari (2)

19 Agustus 2019   02:46 Diperbarui: 19 Agustus 2019   03:06 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku bertahan, tak kulihat lagi mereka yang berselancar di jalan sepi. Mengukir kata hingga menjadi puisi. Sepi bersuara dalam hati, tak ada suara karena akan mengganggu mimpi. Bulan masih bertahan, sedang bertaruh dengan matahari bahwa bulan tak akan melampaui pagi. 

Perundingan di dalam sepi telah menjadi ritual, ketika lelaki bersemedi. Tanpa sesajen, juga tak ada kopi. Benar-benar sendiri, tanpa kawan yang biasa bermain dengan sepi.

Telah ditagih, ketika sepi mengingatkan kembali masa lalu pernah berjanji. Kuingin mengabaikan, tapi sepi tak mengizinkan karena janji harus ditepati hingga menjadi ideologi akibat terlalu lama tak dipenuhi.

Sungailiat, 19 Agustus 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun