Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sipit Matahari

2 September 2018   09:48 Diperbarui: 2 September 2018   09:54 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Matahari terjepit diantara awan yang bimbang. Kembali pagi aku menghadap timur setengah menantang. Terbitlah dengan sinar terang. Pancarkan terang yang terindah. Sadarkan ucap penuh hina disertai ludah.

Terus terang aku bertambah bosan hingga sesak di dada. Menyaksikan ujar kebencian penuh dengan hina. Bahkan membalikkan fakta menjadi fitnah. Terlalu lama dalam panca warsa yang tak membuat kita dewasa. Otak dan hati hanya untuk membinasa.

Sipit matahari. Tak memancarkan sinar paling berseri. Telah diganggu pancaran hitam. Merupakan representasi dari dendam. Kita sudahi caci maki. Bila tidak akan semakin membuat busuk negeri.

***

Sungailiat, 2 September 2018

Rustian Al Ansori

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun