Matahari terjepit diantara awan yang bimbang. Kembali pagi aku menghadap timur setengah menantang. Terbitlah dengan sinar terang. Pancarkan terang yang terindah. Sadarkan ucap penuh hina disertai ludah.
Terus terang aku bertambah bosan hingga sesak di dada. Menyaksikan ujar kebencian penuh dengan hina. Bahkan membalikkan fakta menjadi fitnah. Terlalu lama dalam panca warsa yang tak membuat kita dewasa. Otak dan hati hanya untuk membinasa.
Sipit matahari. Tak memancarkan sinar paling berseri. Telah diganggu pancaran hitam. Merupakan representasi dari dendam. Kita sudahi caci maki. Bila tidak akan semakin membuat busuk negeri.
***
Sungailiat, 2 September 2018
Rustian Al Ansori