Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Natal dan Toleransi Umat di Kampungku Tertanam sejak Lama

25 Desember 2017   06:35 Diperbarui: 25 Desember 2017   07:29 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kotaku di guyur hujan ketika natal (dokpri)

Suasana malam natal di kota tempatku tinggal, Sungailiat tidak ada pengamanan yang berlebihan. Aparat kepolisian berjaga - jaga di gereja - gereja biasa - biasa saja, terdapat dua hingga tiga orang anggota kepolisian seperti juga tahun - tahun sebelumnya. 

Meskipun ada kewaspadaan terjadinya gangguan keamanan pada beberapa tahun lalu, termasuk tahun ini. 

Saya selalu yakin tidak akan ada gangguan keamanan, karena kondisinya dari dulu sampai sekarang selalu damai. Hingga pagi hari natal daerah tempat ku tinggal tetap tertib dan aman, namun diguyur hujan.

Dari dulu sampai sekarang, Sungailiat adalah tempat yang paling aman dan kehidupan ummat beragamanya yang paling rukun. Tidak hanya warganya dari bermacam - macam agama hidup bertetangga, namun juga rumah ibadahnya terletak berdekatan tidak ada masalah. 

Di jalan Jendral Sudirman Sungailiat, setidaknya terdapat dua gereja yang letaknya berdekatan dengan masjid. 

Yang paling dekat letaknya sekitar 100 m yakni gereja Patekosta dengan masjid Annur dan gereja Katholik dengan masjid Baithul Ummah yang jaraknya sekitar 300 m. Situasi ini sudah berlangsung puluhan tahun.

Sempat beberapa tahun lalu di Sungailiat kedatangan penceramah kondang dari Jakarta ( tidak disebut namanya) yang mempersoalkan rumah ibadah telah dibangun puluhan bahkan ratusan tahun sejak zaman kolonial Belanda yang berdekatan letaknya. 

Da'i ini sepertinya tidak biasa melihat kondisi ini. Permasalahan perbedaan agama, bukannya orang di di dalam daerah ini yang mempersoalkan namun orang dari daerah lain. 

Kalau ditanggapi warga, akan menyulut permusuhan. Tapi masyarakat disini tidak ingin menanggapi. Juga tidak mudah terpancing hasutan.

Kehidupan masyarakatnya yang rukun hingga sekarang. Saya juga sudah sejak kecil ditanamkan oleh kakek saya untuk selalu hidup rukun bersama dengan teman - teman yang beragama lain. 

Tidak ada larangan untuk mengucapkan selamat hari natal. Saya masih ingat di tahun 70 a, saya masih SD kakek yang bernamana M. Yusuf sebagai tokoh agama Islam di daerah saya yang akrab di panggil masyarakat baik Islam maupun bukan Islam dengan sebutan Mualim Yusuf. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun