Orang menyebutnya sebagai pulau hijau sebab jika dilihat dari kejauhan praktis tak ada warna lain di dalam pulau ini selain hijaunya pepohonan dan belukar yang menyelimutinya.
Sebentar kemudian nampak Raden Palasara menggandeng istrinya naik ke daratan yang mempesona itu.Â
Dengan tenangnya mereka berdua berjalan pelan menaiki pulau yang banyak dihuni oleh burung-burung liar.
Tiba-tiba Raden Palasara membalikkan badan dan dengan penuh kesabaran ia berkata kepada istri.
"Tunggu Nimas, bukankah kita ingin lebih tenang dan nyaman di rumah baru kita ini kan?"
Tanpa menunggu jawaban, lelaki tampan berabut panjang itu segera menunduk hening. Tangan kanannya ia silangkan ke depan dada sambil sedikit berkomat-kamit.
Sungguh ajaib, tanpa tahu dari mana asalnya tiba-tiba kabut putih bermunculan dari segala penjuru.
"Kang Mas ..., oh apa yang sedang Kang Mas lakukan ini? Alangkah sejuknya udara di sini sekarang."
"Nimas boleh minta apapun sekarang, "kata pria itu sambil merentangkan kedua tangannya.Â
Maka tak ragu lagi Dewi Durgandini segera menghambur ke pelukan suaminya.Â
Kini mereka berdua berlari-lari berkejaran dan tak jarang ketika yang satu berhasil menyusul maka keduanya jatuh bergulingan.
***
(bersambung).