"Apa yang telah kau persiapkan di masa pensiunmu?" Pertanyaan yang selalu terdengar di telinga siapapun yang hampir memasuki masa purna tugas. Dan banyak di antara mereka yang ditanya begitu lantas menjadi gelalapan.
"He, apa ya? Yah.., momong cuculah. Mengantarnya ke sekolah, lalu menjemputnya juga saat pulang."
Salah satu jawaban yang sering terloncat dari bibir para kakek nenek yang tidak lama lagi akan menjadi purnawirawan itu.Â
Namun di pihak lain tak sedikit pula yang melontarkan jawaban yang bernada optimis.Â
"Aku telah mempersiapkannya sedini mungkin. Bagiku pensiun bukanlah purna tugas melainkan sekedar bergeser, dari tugas di jalur formal menjadi tugas non formal atau informal."
Ini jawaban yang bernada lain itu.
Memang beragam sikap boleh saja muncul dari banyak orang dalam mempersiapkan masa pensiunnya dan hal itu tentu wajar-wajar saja. Pada umumnya kesiapan mereka sedikit banyak tergantung dari faktor ekonomi.
Bagi mereka yang ekonominya masih amburadul maka masa pensiun ibarat pintu gerbang menuju penderitaan baru. Bayangkan jika saat masih terima gaji penuh plus tunjangan saja pikiran masih harus muter tujuh keliling, bagaimana nanti jika penghasilan berkurang dan tunjangan hilang?
Sebaliknya bagi pegawai yang sudah tertata ekonominya apalagi jika anak-anak sudah "mentas" semua, maka pensiun ibarat melenggang ke dunia wisata baru.Â
Hidup tanpa beban, mondar-mandir di pagi hari tanpa ada yang melarang. Kadang berkumpul dengan sesama kaumnya, siang beristirahat dan sorenya sudah ada di masjid menunggu saat magrib.Â
Begitu ibdahnya kan masa pensiun. Lantas apa yang perlu ditakutkan? Paling-paling hanya satu yang sangat dikhawatirkan, ialah nasehat dokter dan dilarang makan masakan berkolestrol.Â
Hehe.. selamat menunggu masa-masa indahmu kawan !
Tasikmadu, 30 nop '18