Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Rusman: Artikel "Masa Pensiun Versus Masakan Berkolesterol"

30 November 2018   14:10 Diperbarui: 31 Maret 2019   01:04 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa yang telah kau persiapkan di masa pensiunmu?" Pertanyaan yang selalu terdengar di telinga siapapun yang hampir memasuki masa purna tugas. Dan banyak di antara mereka yang ditanya begitu lantas menjadi gelalapan.

"He, apa ya? Yah.., momong cuculah. Mengantarnya ke sekolah, lalu menjemputnya juga saat pulang."

Salah satu jawaban yang sering terloncat dari bibir para kakek nenek yang tidak lama lagi akan menjadi purnawirawan itu. 

Namun di pihak lain tak sedikit pula yang melontarkan jawaban yang bernada optimis. 

"Aku telah mempersiapkannya sedini mungkin. Bagiku pensiun bukanlah purna tugas melainkan sekedar bergeser, dari tugas di jalur formal menjadi tugas non formal atau informal."

Ini jawaban yang bernada lain itu.

Memang beragam sikap boleh saja muncul dari banyak orang dalam mempersiapkan masa pensiunnya dan hal itu tentu wajar-wajar saja. Pada umumnya kesiapan mereka sedikit banyak tergantung dari faktor ekonomi.

Bagi mereka yang ekonominya masih amburadul maka masa pensiun ibarat pintu gerbang menuju penderitaan baru. Bayangkan jika saat masih terima gaji penuh plus tunjangan saja pikiran masih harus muter tujuh keliling, bagaimana nanti jika penghasilan berkurang dan tunjangan hilang?

Sebaliknya bagi pegawai yang sudah tertata ekonominya apalagi jika anak-anak sudah "mentas" semua, maka pensiun ibarat melenggang ke dunia wisata baru. 

Hidup tanpa beban, mondar-mandir di pagi hari tanpa ada yang melarang. Kadang berkumpul dengan sesama kaumnya, siang beristirahat dan sorenya sudah ada di masjid menunggu saat magrib. 

Begitu ibdahnya kan masa pensiun. Lantas apa yang perlu ditakutkan? Paling-paling hanya satu yang sangat dikhawatirkan, ialah nasehat dokter dan dilarang makan masakan berkolestrol. 

Hehe.. selamat menunggu masa-masa indahmu kawan !

Tasikmadu, 30 nop '18

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun