Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rusman: Artikel "Pro dan Kontra Penerapan Sugesti dalam Pendidikan"

22 Oktober 2018   15:06 Diperbarui: 9 Maret 2019   04:18 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlukah dalam mendidik siswanya guru menerapkan sugesti? Ini pertanyaan lama yang sejak dulu konon selalu menjadi perdebatan. Di antara para ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam menyikapi permasalahan ini. 

Ada yang menganggap bahwa penerapan sugesti pada diri siswa kurang manusiawi sebab cenderung memperlakukan siswa sebagai obyek semata. Padahal dalam pendidikan anak-anak itu harus dihargai sebagai subyek.

Pada sisi lain sebagian dari para pakar pendidikan memandang bahwa penggunaan sugesti terhadap siswa sah sah saja karena sugesti dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sugesti memiliki tujuan yang terukur, ia berbeda dengan hipnotis yang lebih bergerak pada alam bawah sadar. Dalam sugesti kesadaran siswa tetap utuh dan tidak ada paksaan untuk melakukan sesuatu yang di luar kemauannya.

Dalam kesempatan ini penulis merasa perlu untuk menjelaskan apa sebebarnya sugesti itu. Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat kita rumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan, atau pedoman-pedoman dalam tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu".

Macam-macam sugesti:

a. Sugesti karena hambatan dalam berpikir:

Sugesti ini terjadi pada saat orang sebagai pihak yang disugesti sedang lelah berpikir, atau sedang pula mengalami perangsangan-perangsangan secara emosional. Sugesti semacam inilah yang dulu biasa diterapkan oleh Hitler pada jaman Nazi.

b. Sugesti karena pikiran terpecah-pecah:

Sugesti ini disebut pula sebagai sugesti disosialisasi dengan cara memanfaatkan pikiran orang yang sedang disugesti yang sedang terpecah-pecah. Misalnya di saat orang tersebut dalam keadaan bingung, karena dihadapkan pada persoalan tertentu. Contoh dalam kehidupan sehari-hari dalam hal ini adalah tukang sulap. 

Dalam memulai pertunjukannnya selalu dengan cara memberikan pertunjukan yang bermacam-macam sehingga perhatian penonton terpecah-pecah.

c. Sugesti karena otoritet

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun