Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

1. Rusman: Rayuan Gembong Kambang Putih (a)

19 Mei 2018   10:47 Diperbarui: 7 Juni 2019   20:11 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pendekar liar menghadang Kembang Arum

Telah diceritakan pada kisah "Denting Pedang di Pantai Tuban" bahwa Karta pengawal setia Nyai Ageng Manyuro datang menyusul Kemang Arum. 

Melihat keadaan Kembang Arum yang terluka, Karta segera ingin tahu penyebabnya. Karena itu lelaki tua ini menggeram, ia tahu pasti babwa para pemuda itu adalah orang-orang yang datang atas permintaan Sri Aji dan Ki Palang Sisir. 

Dengan mata yang menyala dipandanginya Sri Aji dan Ki Palang Sisir berganti-ganti. Dan tanpa disadarinya tangan Karta memegang hulu pedangnya. 

Namun sebelum Karta terlanjur melangkah sekonyong-konyong Kembang Arum berkata pula, "Paman, untunglah Kakang Sri Aji dan Paman Palang Sisir segera datang dan menolong aku. Kalau tidak, maka Paman hanya akan mengenang namaku."

"Oh, benarkah ?" Karta setengah tak percaya mendengar keterangan itu. Orang tua itu berdiri keheranan. 

Ia seolah tidak yakin akan pendengarannya, bahwa Sri Aji dan Ki Palang Sisirlah yang telah menolongnya. Tetapi perasaan itu disimpannya. 

Ia terpaksa mempertimbangkan keadaan untuk menyatakan suatu sikap. Ia merasa berdiri di tempat yang tidak diketahui dengan pasti.

Meskipun demikian menilik keadaan agaknya orang tua itu percaya kepada keterangan Kembang Arum, meskipun masih agak ragu.

Sejenak orang-orang itu hanya saling memandang dengan perasaan masing-masing. Ki Palang Sisir dan Sri Aji yang masih marah, Kembang Arum yang masih pucat, Karta yang keheranan, dan laki-laki liar itu yang nampak bertambah liar. 

Sedang Ki Jala Sabrang masih juga duduk sambil mengerutkan keningnya.

Kesenyapan itu dipecahkan oleh Ki Jala Sabrang, "Apakah maksudmu berani datang kemari, Karta?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun