Ibu empat orang anak ini berbagi cerita sedikit kepada saya tentang perjalanan hidupnya jadi tukang parkir sejak umur dua puluh tahunan. Dengan pendidikan yang rendah tidak lantas membuat mereka patah arang dan kecil hati. Untuk bertahan hidup mereka memutar otak untuk kerja apa saja yang penting halal demi mengejar asa masa depan.Â
Dulu bagi mereka sulit untuk mencari makan sehari-sehari dan menafkahi anak-anaknya di kota besar dengan segala kebutuhan, biaya sekolah, dan tetek-bengeknya.
"Lare kulo sekawan mas, sing pertama sami sing nomer kalih sampun lulus kuliah, Alhamdulillah sampun kerjo, sing nomer tigo ngaos pengen dados ustadz, sing bungsu taseh SMPÂ (anak saya empat mas, yang pertama dan kedua sudah lulus kuliah, Alhamdulillah sudah bekerja, yang ketiga mendalami ilmu agama ingin jadi ustadz, yang bungsu masih SMP)", cerita Bu Semi.Â
"Sampun dangu dados tukang parkir teng mriki (sudah  lama jadi tukang parkir disini)", tanyaku.
"Mpun dangu mas, wonten selangkung tahun wiwit lare kulo engkang mbarep taseh umur gangsal tahun (sudah lama mas, ada dua puluh lima tahun mulai anak saya yang pertama masih umur lima tahun)", jawab ibu empat anak ini.
Setiap orangtua tentu akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak hanya soal nafkah, orangtua juga rela melakukan apapun untuk membiayai pendidikan sang anak hingga di jenjang yang tertinggi.
Usaha memang tak pernah mengkhianati hasil. Apa yang dilakukan Bu Semi dan Pak Soleh dalam mencari nafkah untuk keluarganya ternyata tidak sia-sia. Anak pertama dan yang kedua kini sudah lulus kuliah di salah satu perguruan tinggi ternama di kota Semarang dan sudah bekerja.
Di usia yang sudah tak lagi muda, Bu Semi dan suaminya masih tetap semangat menjalani aktivitasnya. Kegigihan dan selalu bersyukur dalam menghadapi hidup selalu ditanamkan dan diajarkan kepada anak-anaknya.
Rajutan mimpi Bu Semi (52) bersama suaminya Pak Soleh (58) untuk menyekolahkan empat anaknya sungguh patut dijadikan contoh untuk selalu semangat dalam menjalani di setiap ritme kehidupan.