Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Kabar MBG di Daerahmu ?

1 Oktober 2025   13:37 Diperbarui: 1 Oktober 2025   13:37 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari yang lalu, saat saya menimang cucu di teras tiba-tiba datang wanita paruh baya. Tampak asing wajahnya, karena bukan tetangga atau family yang saya kenal. Namun, kelihatannya dia sudah mengenal saya dengan baik. 

Saat saya persilahkan masuk, dia tampak tenang dan penuh harap. "O ya maaf saya kok lupa dengan sampean ya, rumahnya mana dan ada perlu apa gih?", sapa saya sambil mempersilahkan duduk di ruang tamu.

"Ya Bu, kulo ke sini mau melamar pekerjaan, barangkali Ibu membutuhkan Asisten Rumah Tangga(ART)  kulo mireng Ibu punya cucu", jawabnya penuh harap.

"O gih, bulik, benar saya memang punya cucu, namun saya sudah mempunyai ART, malah baru masuk dua minggu yang lalu" jawabku menjelaskan.

"Waduh saya terlambat Bu",

Ahirnya saya pun menanyakan banyak hal tentang pekerjaan dan kesibukannya selama ini, bagaimana kondisinya, kok sampai ke sini mencari pekerjaan.

Dia pun membuka percakapan sekaligus curhat kondisinya saat ini.

"Maaf Bu gih, saya curhat ya,

"Saya adalah penjual buah pisang di pasar, langganan saya adalah penjual kantin di sekolah-sekolah. Semenjak adanya MBG, dagangan saya sepi bahkan nyaris tidak laku", itulah pengakuan Bulik Sari yang datang ke rumah saya.

Dia juga mengatakan jika sejak adanya MBG ini pedagang penthol, somay dan kantin di sekolah sepi, karena sebagian besar murid sudah tidak jajan lagi. Saat istirahat mereka menikmati MBG yang telah disediakan pemerintah. Lauknya cukup fariative, ada buah, juga susu. Anak-anak pastinya sudah kenyang. Sehingga mereka tidak jajan lagi.

Hal ini juga diungkapkan tetangga saya, sebut saja namanya Mbak Manis, Mbak Manis setiap hari jualan penthol dan aneka snak di kantin SD. Hal ini sudah dilakukannya hampir 12 tahun. Penghasilannya cukup lumayan setiap hari dia memperoleh kurang lebih 250.000,-. Namun sejak adanya MBG hanya memperoleh penghasilan Rp.100.000,-

"Sejak adanya MBG, mendapat uang 100.000 saja ngoyo Bu", tuturnya saat bertemu di warung.

"Bapak e juga sama Bu, sambat, sejak adanya MBG penghasilannya menurun drastis", diketahui suami dari Mbak Manis juga jualan penthol keliling dari sekolah ke sekolah. Sehingga dia juga merasakan dampaknya.

Begitulah pengakuan dari Mbak-Mbak penjual jajanan di kantin yang merasakan dampak dari MBG. Belum lagi sambatnya para ibu-ibu saat ngerumpi di warung-warung kelontong.

"Walah telur harganya naik, ayam potong juga naik, ini juga karena permintaan pasar yang tinggi akibat adanya MBG".

Namun demikian ada sisi positifnya

Mengurangi jatah sangu anak

Di sekolah saya orang tua banyak yang senang, adanya MBG menjadi hal yang ditunggu-tunggu. Disamping anak-anaknya mendapat jatah gratis dan bergizi, uang jajannya juga berkurang.

Saya sendiri merasakan, biasanya saya kasih uang jajan untuk anak bungsu sebesar Rp.7000,-  setiap hari. Sejak adanya MBG menjadi Rp.5000,-. sehingga  sisa uang jajan bisa ditabung.

Membiasakan sarapan bagi anak

Sejak adanya MBG orang tua cukup diuntungkan, karena mereka tidak lagi menyiapkan sarapan pagi-pagi. Saat istirahat biasanya jajan, sekarang  mereka bisa makan atau sarapan. 

Sebagian besar anak-anak tidak sarapan, selama ini mereka mengandalkan sangu dari rumah dan nanti jajan saat istirahat. Sebagian mereka membeli nasi uduk atau nasi goreng di pinggiran sekolah langganan mereka dengan harga Rp.3000,-. menurutnya itu sudah mengenyangkan.

Dengan adanya MBG sarapannya bervariatif karena menunya setiap hari berganti.

Memenuhi kebutuhan nutrisi anak

Sesuai dengan namanya MBG adalah Makan Bergizi Gratis. Program ini bertujuan baik karena ingin meningkatkan anak-anak indonesia tidak lagi mengalami gizi buruk tersebab asupan makannya tidak memenuhi nutrisi.

Adanya MBG memberikan solusi bagi masyarakat yang belum bisa memenuhi kebutuhan gizi anak-anak nya. Setiap satu porsi MBG, sudah disesuaikan kebutuhannya, ahli gizi sudah menghitung pemenuhan gizinya, mulai dari kebutuhan karbohodrat, protein, lemak juga seratnya. Sehingga kebutuhan tiap harinya sudah terpenuhi.

Mungkin jika di rumah sebagian orang tua tidak menyediakan buah, MBG telah menyediakannya.

Setiap hari buahnya juga bervariasi mulai dari anggur, melon, kelengkeng, juga strawberi. Belum tentu di rumah menyediakan hal seperti itu. Misalnya saya sendiri, tidak tiap hari saya menyiapkan buah untuk keluarga. Hanya sesekali saya beli buah. He he

Membangun solidaritas yang baik

Saat makan bersama anak-anak gembira, senang dan penuh semangat. Apalagi saat membuka box makanan. Anak-anak penuh antusias untuk segera menikmati. Walaupun demikian tetap saja ada anak yang tidak suka jenis masakan ini dan itu.

Temannya yang tidak suka makan jenis lauk tertentu akan menawarkan kepada temannya.

"Adi, maukah kamu lauk ini, saya tidak suka", Rama memberikan  telur dadar bumbu bali kepada Adi. Sebaliknya suatu hari Rama memberikan buah strawberi kepada Adi, karena tidak suka. Menurutnya strawberi rasanya masam, dia tidak suka. Sedang Rama menyukainya.

Sudah tiga minggu sekolah saya menerima MBG, sampai saat ini anak-anak menerimanya dengan suka cita. Namun jika ada yang kurang menyukainya, kami sebagai guru menyarankan untuk membawanya pulang sehingga makanan tidak mubadzir.

Menanamkan rasa syukur pada Allah SWT

Munculnya MBG menjadi polemic di masyarakat, ada pro dan kontra. Ada yang menerimanya dengan suka cita karena merasa diuntungkan, namun ada yang tidak suka karena merasa dirugikan. Tentu setiap kebijakan tidak memenuhi kepuasan public.

Ada sebagian masyarakat merasa senang karena anak-anak mereka mendapat jatah makan bergizi, yang mungkin kondisi di rumah tidak memenuhi standart gizi sesuai kebutuhannya.

Untuk itu saya sering menyampaikan kepada anak-anak bahwa adanya MBG perlu kita syukuri karena kita mendapatkana makanan gratis yang sudah mencukupi nutrisi kebutuhan tubuh kita.

Tapi bagi mereka yang mampu secara finansial, makanan tersebut tidaklah mempunyai efek apapun. Mereka merasa mampu memberikan yang lebih buat anak-anak mereka. Saya sendiri juga mempunyai wali murid yang berlebih, anaknya  juga tidak mau makan, tapi dia selalu membawa tempat bekalnya untuk kemudian diwadahi dan dibawa pulang.

Saya menyampaikan program ini bertujuan baik, dan sepatutnya kita bersyukur karena mendapatkan jatah setiap hari tanpa membayar apapun.

Adapun sisi negatifnya antara lain 

Penjual jajanan di sekolah merasa merugi  

Banyak penjual jajanan keliling yang mengandalkan penghasilannya dari sekolah-sekolah. Dia mangkal saat istirahat, seperti suami Mbak Manis, dia pedagang penthol di beberapa sekolah, istirahat pertama dia mangkal di sekolah Nusa Bangsa, saat istirajat kedua dia menuju sekolah Taman Siswa.

Begitulah setiap hari dia mencari penghasilan, namun saat MBG muncul, penghasilannya menurun drastis, anak-anak yang semula jajan, sudah berkurang mereka lebih menikmati MBG secara gratis.

Demikian juga keberadaan kantin sekolah, yang semula ramai pengunjung saat istirahat, terlihat sepi anak-anak enggan ke kantin karena  merasa sudah kenyang.

Seperti yang terjadi dengan Bulik Sari yang sempat mencari pekerjaan karena dagangan pisang yang semula laris oleh pelanggan pemasok kantin, sekarang sepi karena efek kantin juga sepi.

Efek bagi siswa saat di kelas

Antusias anak mungkin berbeda di masing-masing daerah juga di sekolah. Mungkin karena posisi sekolah saya berada di kampung, sehingga MBG menjadi harapan favorit bagi murid-murid saya.

Saat berada di dalam kelas mendekati jam istirahat anak-anak sudah tidak konsentrasi mereka sudah menunggu datangnya mobil MBG. Saat mobil sudah memasuki halaman, anak-anak sudah mulai clinguk an, melihat mobil yang menurunkan box makanan.

 "Bu, perutku sudah lapar", celetuh Zima sambil memegang perutnya.

"Sama bu saya juga sudah lapar", sahut Amel yang mengikuti sikap Zima.

Sikap ini sebelumnya tidak pernah ditunjukkan, mereka tidak sambat saat perutnya terasa lapar, karena mereka akan beli jajan ke abang pentol, namun saat adanya MBG anak-anak suka merengek lapar untuk segera menyudahi jam pelajaran.

Bapak dan Ibu, ada pepatah yang mengatakan lain lubuk lain ikannya, setiap daerah dan tempat mempunyai karakteristik sendiri. Demikian juga dengan adanya MBG, masing-masing daerah tentu mempunyai tanggapan sendiri-sendiri. Seberapa penting pemenuhan gizi bagi anak usia sekolah.

Saya sebagai guru yang ada di kampung menuliskan apa yang saya lihat, saya dengar dan yang saya alami, selebihnya mungkin pembaca akan berspektif lain, disilahkan

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun