Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengulik Jerih Payah Petugas di Balik Dapur MBG (Makan Bergizi Gratis)

26 Agustus 2025   09:10 Diperbarui: 26 Agustus 2025   13:36 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelajar SD Negeri Cangkringrembang, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, menunjukkan menu MBG yang baru didapatkan, Senin (24/2/2025).(KOMPAS.COM/NUR ZAIDI) 

MGB atau Makan Bergizi Gratis saat ini menjadi program pemerintah Prabowo. MBG dilakukan sesuai dengan janji Presiden saat kampanye, bahwa dalam pemerintahannya nanti akan ada makan bergizi gratis.

Bulan Agustus ini sudah sebagian wilayah di Indonesia yang telah menerima makan bergizi gratis ini. Namun di tempat saya mengajar belum menerimanya. Sudah dua kali ada petugas datang ke sekolah menanyakan jumlah murid.

Sebelum lebaran pernah ada petugas yang berpakaian TNI datang dan menanyakan jumlah murid, saya kira dalam waktu dekat akan terealisasi, namun sampai kini belum ada tanda-tanda akan mendapatkan MBG.

Di tengah-tengah penantian panjang ini, datang lagi petugas berpakain hitam putih dengan maksud yang sama menanyakan jumlah murid yang ada di lembaga tempat saya mengajar. Nah, sampai saat ini belum juga muncul.

Padahal seringkali anak-anak bahkan orang tua murid yang menanyakan kapan makan gratis ini diterima. Bagi mereka makan gratis ini sangat membantu, karena biasanya orang tua pagi-pagi sudah pergi ke sawah sedangkan anaknya cukup diberi uang saku saja. Sehingga saat berangkat sekolah sebagian dari mereka belum sarapan.

Saya sering menanyakan kepada anak-anak apakah tadi sudah sarapan, kebanyakan mereka menjawab "Belum Bu", banyak faktor yang menyebabkan mereka tidak sarapan. Di antaranya, Ibunya belum selesai masak, anaknya tidak selera makan, sengaja tidak disiapkan makan, bahkan ada yang sengaja hanya diberi uang saku supaya beli sarapan atau jajanan di sekolah.

Untuk itu kabar adanya MBG sangat ditunggu-tunggu baik dari anak maupun orang tua.

Sebagai guru saya menyambut baik dengan adanya program ini, karena dapat membantu anak-anak untuk tertib makan pagi. Namun pada tulisan ini saya akan mengulik tentang bagaimana proses dan kerja keras para pekerja di dapur MBG.

Sebenarnya saya tidak melihat langsung bagaimana hebohnya di lapangan namun saya mendengar sendiri keluhan dari anak saya yang kebetulan menjadi ahli gizi di salah satu dapur, tanggung jawabnya besar dan penuh risiko.

Pekerjaannya mulai pukul 01.00 WIB dini hari hingga pukul 07.00 WIB. Mulai jam 7.00 WIB itulah anak saya baru bisa istirahat karena makanan sudah siap didistribusikan. Nanti akan kembali bekerja lagi mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Mereka mempersiapkan bahan untuk dimasak malam harinya.

Mulai ngupas bawang, membuat bumbu, membersihkan sayuran, potong ayam atau apapun jenis masakannya untuk besok, siang hingga sore hari sudah harus beres karena harus sudah siap diolah pada malam harinya.

Sebenarnya pekerjaan sudah dibagi beberapa tim sesuai perekrutan tenaga kerja dengan berbagai kompeten. Seperti Tim persiapan bahan, tim pengolahan, pemorsian, dan juga pendistribusian (bagian mengantarkan ke sekolah-sekolah).

Namun karena Ahli gizi adalah perencana belanja dan menu masakan sehingga harus mendampingi mulai persiapan bumbu, mendampingi saat masak, merasakan ending masakan, hingga pemorisan

Mengapa demikian, ada banyak alasan mengapa harus mendampingi hingga total pekerjaan selesai. Misalnya ahli gizi merencanakan bahwa untuk satu ekor ayam dipotong menjadi 12 misalnya, tapi pada kenyataannya pekerja memotong 10. Maka yang terjadi pada saat pemorsian ada kekurangan.

Misalnya lagi, saat pemorsian diberi contoh untuk ayam suwir satu sendok, namun karena langsung dijumput sehingga ada kekurangan, jika demikian maka harus membongkar barang yang sudah siap antar untuk dikurangi sehingga bisa merata.

Kita bisa bayangkan untuk menyiapkan makanan dengan jumlah yang banyak perlu perencanaan yang matang. Hari ini dia harus membuat 1600 porsi, dua minggu ke depan 2000 porsi dan selanjutnya harus menyiapkan 3660 porsi.

Yang sangat sulit dirasakan adalah merencanakan bahan untuk sekian porsi dengan hitungan kebutuhan anak dengan gizi seimbang, ternyata dengan bahan yang disiapkan terkadang kurang atau berlebih.

Contohnya hari ini, menu masakannya nasi, ayam bumbu lengkuas, acar timun dan wortel, tahu goreng dan jeruk. Terkadang ayamnya kurang. Untuk itu petugas harus pandai-pandai menyiasati, dan bertindak cepat dan tepat.

Menurutku masakan tersebut sudah lumayan enak, namun ada saja yang komplain, keluh anakku. "Namanya juga orang banyak, pasti akan ada orang-orang yang tidak puas dengan pemberian, padahal tinggal makan", ucapku menenangkannya.

Ahli gizi pada program MBG ini tanggung jawabnya besar, dan penuh risiko. Namun semua bekerja dengan tim, satu dapur ada ketua dapur dan satu ahli gizi serta beberapa anggota lainnya. Perencanaan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Jika terjadi hal semacam itu harus segera tanggap, mencari solusi tepat.

Gambar petugas saat pemorsian. Foto dari Antara/Rivan Awal Lingga
Gambar petugas saat pemorsian. Foto dari Antara/Rivan Awal Lingga

Berikut tahap yang harus dilakukan dalam dapur MBG, perencanaan menu makanan, persiapan, pengolahan, pemorsian, dan pendistribusian.

Persiapan

Untuk persiapan ini dimulai dengan dengan perencanaan menentukan menu makanan yang akan didistribusikan. Dalam persiapan ini ahli gizi harus punya rencana dan konsep kira-kira besok pagi akan masak apa. Misalnya nasi, ayam katsu, tumis wortel buncis, buahnya melon dan susu.

Ahli gizi beserta tim persiapan mulai menyiapakan semua bahan dan bumbu yang akan diolah besok, termasuk bagaimana cara pengolahannya. Semua akan dikoordinasikan dengan tim persiapan.

Cara kerjanya mulai memotong dan iris-iris bahan, mengupas bawang brambang, menumis hingga menjadi bumbu. Biasanya mulai kerja pukul 10.00 WIB - 21.00 WIB.

Pengolahan

Sebenarnya saat pengolahan ini, sudah menjadi tanggung jawab tukang masak, namun begitu tidak semua tukang masak tahu cara mengolah masakan jenis ini atau itu, sehingga saat pengolahan ini ahli gizi juga mendampingi.

Biasanya diawal pengerjaan saja akan menyampaikan cara memasaknya, karena ada beberapa yang harus disampaikan terkait cara pengolahannya. Ahli gizi akan menempel menu masakan berikut cara pengolahannya.

Dan yang terakhir yang tak kalah pentingnya mencicipi, bagaimana rasa dari olahan tersebut. Kurang asinkah, atau keasinan, hal ini yang akan menentukan masakan yang akan didistribusikan.

Pemorsian

Saat pemorsian juga sudah ada timnya sendiri. masing-masing tim berjumlah 8-11 orang. Untuk pemorsian ini ahli gizi menjelaskan dan memberikan contoh. Misalnya nasi satu centong, lauk satu sendok dan sebagainya. Semua sudah diporsikan sesuai kebutuhan gizi masing-masing anak.

Saat pemorsian inilah yang menjadi hati deg-degan, karena bisa saja di akhir pembagian ternyata kurang lauk, atau terlalu banyak yang tersisa. Semua yang dirancang berdasarkan perkiraan, namun saat di lapangan tentu ada yang pas, ada yang kurang. Inilah tanggung jawab yang paling berat.

Pendistribusian

Saat pendistribusian inilah akhir dari semua perjuangan dan jerih payahnya selama 24 jam mulai perencanaan, persiapan dan pemorsian. Jika semua sudah ready, tinggal angkut ke tempat tujuan maka hati terasa lega, namun besok harus bekerja kembali untuk merancang menu berikutnya.

Pencucian alat masak

Kalau yang ini ahli gizi sudah tidak mau cawe-cawe, yang penting semua alat masak dicuci dengan bersih dan siap dipakai untuk esuknya. Ada timnya sendiri. Dalam satu dapur ada 5 tim, yaitu tim persiapan, tim pengolahan, tim pemorsian, tim pendistribusian, dan tim pencuci alat masak.

Demikianlah Bapak dan ibu, menilik program kerja dapur-dapur MBG. Seyogyanya kita yang tinggal menerima di lembaga-lembaga pendidikan hendaklah dengan senang hati menerimanya dengan penuh syukur. Apapun jenis masakannya, semua sudah diupayakan sebaik mungkin.

Namun, namanya juga manusia yang tak luput dari kesempurnaan, bagaimanapun perencanaan manusia selalu ada kekurangan di lapangan. Untuk itu rasanya tidak elok jika apa yang kita terima kemudian kita cari kekurangannya.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun