Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apa Saja Penyebab Rendahnya Minat Belajar Pada Anak?

4 Oktober 2023   21:48 Diperbarui: 5 Oktober 2023   03:59 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rendahnya minat baca anak (Sumber freepik)

Sesuai dengan kalender pendidikan bulan ini sudah waktunya mengadakan Ulangan Tengah Semester. Jika kurikulum-13 kegiatan UTS dilaksanakan serempak dalam satu lembaga. Namun pada Kurikulum Merdeka, memberikan opsi lain kepada guru. Boleh mengadakan juga boleh meniadakan.

Tergantung kepada guru masing-masing. Jika pun telah melakukan tes formatif saat proses pembelajaran sudah cukup maka kegiatan UTS tidak perlu dilaksanakan. Namun jika masih harus dilaksanakan itu pun dipersilahkan, menyerahkan kepada guru masing-masing. 

"Kan Merdeka?" kata teman saya saat itu.

Namun karena dalam satu lembaga sebagian masih menggunakan K-13 dan sebagian lagi menggunakan Kurikulum Merdeka maka sepakat dewan guru dan kepala sekolah mengadakan kegiatan Ujian Tengah Semester.

Ilustrasi gambar saat pembelajaran di kelas. Dokpri
Ilustrasi gambar saat pembelajaran di kelas. Dokpri


Hari itu jadwal sudah saya tuliskan pada anak-anak bahwa besuk lusa kita akan mengadakan ulangan Tengah Semester. Buku baru dari Kurikulum Merdeka saya bagikan di awal tahun Pelajaran baru.

Saat membuat soal UTS sengaja saya mengambil soal-soal yang ada di buku. Saya ingin memastikan apakah anak-anak membaca buku dan belajar di rumah.

Mengapa demikian? belakangan ini saya mengamati anak-anak kurang ada minat belajar, terbukti setiap kali apersepsi dan menanyakan pelajaran yang dipelajari kemarin anak-anak tidak nyambung, hanya beberapa anak yang bisa menjawabnya.

Saat ditanya, "Anak-anak Bu guru mau bertanya pada kalian, jawablah dengan jujur, siapa diantara kalian yang tadi malam belajar?" 

Anak-anak terdiam. Hanya dua anak yang mengangkat tangan.

"Lalu siapa yang tadi malam membaca buku pelajaran sesuai jadwal hari ini?" Masih sama hanya dua anak yang mengangkat tangan.

Selanjutnya saya menanyakan satu persatu apa saja yang dilakukan anak-anak saat di rumah-- sehabis maghrib. Dari sekian jawaban hampir semuanya menjawab bermain game, lihat HP, YouTube, TikTok, ada juga yang menjawab ikut ibunya ke pasar malam dan lain sebagainya.

Saya tertegun sejenak, berpikir, mengapa anak-anak tidak suka belajar? bahkan minat untuk belajar saja tidak ada.

Jam istirahat tiba, segera saya masuk kantor. Saat saya menyampaikan kepada teman-teman guru, ternyata jawabannya juga sama. "Halah Bu sama saja, murid-muridku yo podo males sinau."

Sebagai guru tentu saya tidak boleh putus asa bahkan harus mencari penyebab mengapa minat belajar anak kurang? Apakah kesalahan kita saat mengajar di kelas kurang menarik, atau ada faktor lain yang membuat mereka malas belajar. Tentu ini menjadi PR bagi kita sebagai guru.

Ilustrasi gambar saat belajar. Dokpri
Ilustrasi gambar saat belajar. Dokpri

Berikut hal-hal yang bisa dilakukan guru:

Pertama, mencari penyebab mengapa anak malas belajar

Anak-anak sekarang memang berbeda dengan zaman dulu, dulu mereka suka bermain layang-layang di pematang sawah, bermain kelereng di halaman rumah, bermain lompat tali dan lain sebagainya.

Permainan-permainan tersebut saat ini sudah jarang kita jumpai karena zaman telah berubah, kecanggihan IT memberikan dampak yang tidak bersahabat bagi mereka di usia sekolah.

Hadirnya handphone di zaman now mengubah cara bermain mereka, mereka tidak suka bergerak seperti tempo dulu. Justru di saat usia bermain, anak-anak suka mager, rebahan sambil bermain ponsel.

Hai inilah menjadi penyebab mereka terlena sehingga malas belajar. Terbukti dari semua siswa yang saya tanya sebagian besar mereka menjawab bermain game dan menonton YouTube dan TikTok. 

Kedua, berkolaborasi dengan orang tua

Sebagai guru kita tidak bisa bergerak sendiri saat melihat fenomena ini, tentu berkolaborasi dengan orang tua menjadi keharusan. Guru hanya bisa mendampingi selama anak-anak di sekolah selebihnya adalah tanggung jawab orang tua.

Saat guru menyampaikan untuk tidak bermain ponsel pada jam-jam belajar, siapa yang bisa mengondisikan hal ini, tentu orang tua masing-masing. Sehingga perlu adanya komunikasi antara orang tua dan guru.

Guru, orang tua dan murid harus saling bersinergi, saling berkolaborasi untuk bersama-sama ngopeni dan memperhatikan belajar anak.

Bermain HP tetap dibolehkan, namun harus pada jam-jam tertentu, kapan anak harus belajar kapan anak diperbolehkan bermain game. Jika semua diserahkan kepada anak, maka yang terjadi sepanjang hari dan sepanjang malam anak akan kecanduan HP dan mengabaikan belajar.

Ketiga, memberikan pekerjaan rumah

Belum lama ini menjadi perbincangan di kalangan akademisi, tentang boleh tidaknya guru memberikan pekerjaan rumah (PR) bagi siswanya. Disambut dengan beragam pendapat ada yang membolehkan, ada juga yang berpendapat tidak perlu. Tentu semua mempunyai alasan.

Namun menurut saya dalam rangka memberikan motivasi dan semangat anak maka memberikan PR menjadi keniscayaan, karena yang terjadi di lapangan jika tidak diberi PR anak-anak tidak mau belajar.

Sehingga saya pun rajin memberikan PR, saat saya tidak memberikan tugas, anak akan menanyakan, " Bu, hari ini kok tidak diberi PR?" bahkan mereka meminta diberikan tugas.

Keempat, mencontohkan orang-orang sukses karena tekun belajar

Di samping usaha secara praktik, guru sebaiknya juga memberikan motivasi dari dalam diri siswa, salah satunya memberikan contoh tokoh-tokoh yang sukses dari hasil ketekunannya dalam belajar. Dengan belajar mereka menjadi orang-orang sukses yang bisa menundukkan dunia.

Misalnya Menteri Pendidikan kita Bapak Nadiem Makarim, beliau orang yang tekun belajar. Juga Ibu Susi Pujiastuti yang menjadi Menteri kelautan kabinet gotong royong jilid 1. Keduanya merintis usaha berkat ketekunannya dalam belajar dan kegigihannya dalam usaha, hingga menjadi orang yang sukses.

Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang bisa disampaikan kepada anak-anak supaya mereka tertarik akan kisah-kisah orang terkenal yang dimulai dari usaha dan ketekunannya dalam belajar. 

Bapak dan Ibu menjadi penting bagi kita untuk membimbing dan membersamai anak didik agar mereka tidak terlena dengan permainannya yang justru menjadikan dirinya malas belajar. Mereka adalah anak-anak bangsa yang akan membawa negeri ini menjadi baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun