Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dimanakan Posisi Kita Saat Memutuskan Masalah, Cara Pandang Berbasis Aset atau Berbasis Kekurangan

14 Mei 2023   09:19 Diperbarui: 14 Mei 2023   09:29 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar Bapak dan Ibu guru yang sedang rapat. Gambar dari  iStok.com 

Ekosistem adalah tata interaksi antara mahluk hidup dan mahluk tak hidup dalam suatu lingkungan. Jika diibaratkan sebuah ekosistem sekolah merupakan sebuah interaksi antara mahluk hidup (biotik) dan mahluk tak hidup (abiotik).

Kedua unsur tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah unsur-unsur biotik saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan langsung antara satu dengan yang lain.

Unsur-unsur biotik dalam lingkungan sekolah antara lain, guru, murid, kepala sekolah, staf, orang tua, pengawas sekolah, masyarakat, dan dinas terkait. Sedangkan unsur abiotiknya adalah sarana prasarana sekolah seperti, kelas, kantor, keuangan, dan lingkungan sekolah.

Dari pernyataan di atas saya akan menuliskan tentang pendekatan atau cara pandang kita terhadap unsur-unsur yang ada di lingkungan sekolah. Terdapat sebuah pendekatan yang terbagi menjadi dua yaitu pendekatan berbasis asset dan pendekatan yang berbasis kekurangan.

Suatu hari, Ibu Kamboja kepala SDN Damai mengadakan rapat ketika akan menghadapi purna siswa kelas VI. Saat rapat berlangsung semua guru dimintai pendapatnya tentang kesiapannya mengadakan perpisahan kelas VI.

"Bapak dan Ibu, apakah kita perlu mengadakan acara perpisahan seperti tahun-tahun sebelumnya?", tutur Bu Kamboja memulai rapat.

"Maaf Bu, jika saya boleh berpendapat, karena situasi keuangan kita menipis, apalagi dana BOS tahun ini tidak dianggarkan, maka kita tidak usah mengadakan perpisahan", ujar Pak Sarto.

"Betul Bu, apalagi anak-anak perlu menampilkan tari dan yang lain, perlu persiapan yang matang, sedangkan waktu kita sudah mepet", ujar Bu Tini menanggapi.

"Benar juga Bu, apalagi musim hujan seperti ini, hawatir pas acara hujan angin, kita malah repot nanti", ujar Pak Waluyo menambahkan.

Bu Kamboja mengangangguk-anggukkan kepala sambil mempermainkan pulpen yang ada di tangannya. Beliau berpikir sejenak kemudian memberikan kesimpulan.

"Mendengar apa yang Bapak Ibu sampaikan sepertinya ada banyak kendala jika kita mengadakan acara perpisahan, selain dana yang tidak ada, persiapan anak-anak juga tidak maksimal, apalagi cuaca yang tidak mendukung, berarti kita tidak usah mengadakan perpisahan ya", ucap kepala Sekolah menyimpulkan hasil rapat yang kemudian disepakati oleh seluruh peserta rapat.

Ilustrasi di atas adalah cara pandang atau cara berpikir terhadap sesuatu dengan pendekatan berbasis kekurangan.  

Apa itu pendekatan kekurangan/masalah(defisit-based- approach)

Pendekatan ini akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, dan apa yang kurang, selalu melihat dari sisi negatifnya saja. Banyak mengeluh karena fasilitas sekolah yang tidak ada, sumber daya yang tidak memadai seperti tidak ada laboratorium, tidak punya buku ajar yang lengkap dan lain sebagainya.

Kekurangan yang dimiliki mendorong seseorang untuk berpikir negative dan tidak melihat potensi dan kekuatan yang dimiliki. Seperti ilustrasi di atas rapat yang diadakan Ibu Kamboja dengan guru-guru yang lain memandang dari sisi kekurangannya.

Mulai dari pendanaan yang tidak ada, latihan anak-anak yang tidak maksimal, bahkan musim hujan juga menjadi penghalang dilaksanakannya acara perpisahan. Kekurangan yang ada menjadi penghalang untuk melakukan suatu kegiatan.

Diwaktu yang sama  Bu Mawar kepala SDN Bahagia juga mengadakan rapat dengan dewan guru saat akan menghadapi purna siswa kelas VI. Suasana rapat berbeda dengan yang terjadi di SDN Damai.

"Bapak dan Ibu, karena kita sudah di penghujung semester ahir, apakah kira-kira kita akan mengadakan acara pelepasan kelas VI seperti tahun-tahun sebelumnya?", kata Bu Mawar kepada peserta rapat.

"Wah, harus Bu, acara ini sudah ditunggu anak-anak, mereka sudah tidak sabar ingin latihan tari untuk ditampilkan di panggung", Ujar Pak Karto bersemangat.

"Benar Bu, untuk panggung, kita bisa mengkondisikan meja anak di tata sedemikina rupa, lalu diatasnya di tutup karpet, kebetukan kita punya karpet sendiri", kata Pak Sofyan yang menyetujui usulan Pak karto.

"Melihat kondisi keuangan kita menipis bagaimana dengan kebutuhan yang lain, seperti konsumsi dan juga sewa terop", tanya Ibu kepala sekolah.

"Gampang Bu, kita kumpulkan paguyupan kelas, untuk konsumsi biar mereka yang menangani, biasanya wali murid dimintai sumbangan snack", sahut Bu Wati.

"Benar Bu, sedangkan untuk tempat, karena musim penghujan, bagaimana jika kita mengadakan acara di dalam ruangan saja, kelas 1,2,3 bisa ditempati, sehingga kita tak perlu sewa terop, lebih irit-- yang penting acara tetap meriah", sahut Bu Nana memberikan alternatif tempat.

"Baiklah Bapak dan Ibu, berarti kita menyepakati mengadakan acara perpisahan kelas VI ya, segala kebutuhan sudah teratasi dan akan kita bahas lagi di pertemuan berikutnya", ujar Bu Mawar sembari menutup rapat.

Ilustrasi kedua ini menggambarkan bahwa cara berpikir  kepala sekolah dan guru berbeda dengan ilustrasi pertama. Mereka memandang bahwa kekuatan yang ada harus diberdayakan. Dan tidak pernah memandang kekurangan menjadi penghalang sebuah kegiatan. Inilah yang disebut pendekatan berbasis asset.

Suasana rapat menghadapi Purna siswa di SDN Tunggulrejo Singgahan Tuban Jawa Timur. Dokumen pribadi
Suasana rapat menghadapi Purna siswa di SDN Tunggulrejo Singgahan Tuban Jawa Timur. Dokumen pribadi

Apa itu pendekatan berbasis asset (asset-based-approach)

Adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk mengembangkan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang bersifat posistif.

Dengan menggunakan kekuatan dan potensi yang ada pada diri seseorang maka kita diajak untuk memusatkan perhatian sebagai tumpuhan berpikir positif. Sehingga menjadi inspirasi dan kekuatan yang bisa dieksplor menjadi hal baru yang bisa dimanfaatkan.

Dari dua ilustrasi di atas tentu kita sering mengalami hal-hal yang sama namun konteknya berbeda. Nah di sinilah kita harus dapat memosisikan diri. Apakah kita memandang dengan pendekatan asset, ataukah dengan pendekatan kekurangan?

Menjadi penting untuk melatih cara pandang dan cara berpikir terhadap sebuah masalah. Jika hanya mengeluh dan berpikir pada kekurangan, maka kita tidak akan menemukan kekuatan yang ada. Seperti yang dilakukan Bu Kamboja dan SDN Damai.

Sebaliknya jika kita memandang masalah dengan pendekatan asset maka cara berpikir kita sudah positif thinking, kita akan mencari potensi yang ada, apa yang menjadi kekuatan dan apa yang bisa dieksplor dari ekosistem yang ada.

Sehingga kesuksesan akan diraih bagi mereka yang berpikir positif dan mempunyai kekuatan untuk mengembangkan keterbatasannya. Hal ini yang terjadi pada Bu Mawar di SDN Damai.

Bapak dan Ibu, menjadi penting bagi kita untuk menerapkan cara pandang dan berpikir dengan pendekatan asset, agar kita bisa menemukan kekuatan dan potensi yang kita punya.

Sebaliknya marilah kita menghindari cara pandang dengan pendekatan kekurangan, karena menjadikan kita tidak maju dan hanya mengeluh dengan keterbatasan yang ada.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.  

Referensi. Modul 3.2 CGP Pemimpin dalam Pengembangan Sumber Daya

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun