Mohon tunggu...
Rumah Yatim
Rumah Yatim Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pusat Penyantunan, Pembinaan dan Pemberdayaan Yatim dan Dhuafa. ABADIKAN HARTA KITA bersama Rumah Yatim Indonesia di www.rumahyatimindonesia.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gila Harta, Lupa Nyawa

6 April 2013   13:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:38 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

GILA HARTA, LUPA NYAWA


Gak ada yang salah kita bekerja keras mencari harta sebanyak mungkin sebagai sarana mewujudkan visi dan Misi hidup kita, gak salah juga ketika kita menerima Jabatan yang memang kita mampu melaksanakannya untuk percepatan tercapainya Visi dan Misi hidup kejamaahan kita.

Namun semua itu akan maksimal ketika kita sadar bahwa jatah hidup kita ini TERBATAS dengan batasan yang tak mampu kita duga.
---------------


Di satu masa, Hiduplah seorang raja yang memimpin sebuah kerajaan yang luas dan makmur. Seluruh rakyat patuh dan tunduk kepadanya. Walaupun Raja sering menarik pajak dan upeti dari rakyat, tak ada satu orang pun yang berani menolak. Raja dengan leluasa terus mengumpulkan kekayaan dari pajak dan upeti rakyatnya. Kekayaan yang semakin melimpah, membuat Raja menjadi sombong dan angkuh. Dia merasa bisa memiliki segalanya. Dia membangun istana mewah dengan lapisan emas di mana-mana. Raja juga membeli kuda-kuda terbaik dari seluruh negeri. Pakaian dan perhiasan yang dipakai Raja adalah yang terbaik dan termewah. Tak ketinggalan, perabotan dan hiasan dinding istana semuanya terbuat dari emas dan perak.

Pada suatu hari, Raja hendak bepergian ke suatu tempat. Raja meminta dipilihkan kereta kuda terbaik yang ada di istana. Pengawal lalu menyiapkan kereta kuda terbaik itu.

“Pengawal, mengapa kausiapkan kereta kuda yang ini?” tanya Raja kurang puas.


“Maaf, Baginda. Ini adalah kereta kuda terbaik yang ada di istana,” jawab pengawal ketakutan.

“Tidak! Aku tidak mau yang ini! Aku mau kereta kuda tercepat yang ada di istana!” pinta Raja kemudian.

Pengawal tergopoh-gopoh menyiapkan kereta kuda tercepat. Kemudian, ia membawanya ke hadapan Raja.

“Huh, kenapa kau bawa kereta jelek ini ke hadapanku? Mana kereta kudaku yang paling mahal?” Raja masih kurang puas.

Untuk ketiga kalinya, pengawal itu kembali ke tempat penyimpanan kereta kuda. Ia memilihkan kereta kuda termahal yang dimiliki Raja. Lalu, ia kembali membawanya ke depan Raja. Akan tetapi, Raja masih tidak puas. Pengawal yang menyediakan kereta kuda masih harus beberapa kali bolak-balik untuk memilihkan kereta kuda yang tepat bagi Raja.

Sampai akhirnya, Raja marah dan memilih sendiri kereta kudanya. Pilihan Raja ternyata jatuh pada kereta kuda pertama yang disiapkan pengawal tadi.

Kejadian tersebut kembali terulang, ketika Raja memilih jubah yang akan dipakainya. Raja minta dipilihkan jubah terbaiknya. Namun, ketika pelayan membawanya ke hadapan Raja, Raja kurang puas dan minta dipilihkan jubah warna emas.

“Tidak. Jubah emas ini sudah terlalu kusam. Ambilkan jubahku yang paling wangi!” titah sang Raja.

Pelayan kembali dengan jubah yang paling wangi. Namun, Raja menyuruhnya kembali dengan jubah yang paling banyak hiasannya. Begitu terus, sampai akhirnya sang Raja kelelahan dan memilih baju pertama yang disiapkan pelayan tadi.

Akhirnya, sang Raja berangkat seorang diri. Ia mengendarai kereta kuda dan memakai jubah yang dipilihnya sampai kelelahan. Hingga tiba di pojok jalan yang sepi, kereta kuda sang Raja dihadang seseorang yang berpakaian lusuh.

“Hei pengemis, berani-beraninya kau menghalangi jalanku. Tak tahukah kau, kalau aku ini Rajamu?” bentak Raja.

Orang yang berpakaian lusuh lalu mendekati kereta kuda sang Raja dan berbicara padanya.

“Turunlah kau, aku ada keperluan yang sangat penting denganmu, sekarang juga!” suaranya yang tegas dan halus membuat Raja sedikit bergidik.

“Keperluan apa yang kau maksud? Lebih baik, sekarang kau menyingkir dari hadapanku karena aku sedang terburu-buru,” Raja bersikeras mengusir orang asing itu dan bersiap menarik kekang kuda untuk memacunya sambil berlari.

“Berhenti dan turun dari keretamu!” nada suara orang asing itu kini lebih tegas dan bernada perintah.

Raja akhirnya turun dan menghampiri orang asing yang tidak sopan itu. Raja berniat memberi pelajaran kepadanya karena berani menentang Raja.

“Aku adalah Malaikat Maut yang diutus Allah SWT. Untuk mengambil nyawamu sekarang juga dan kau tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauanku!”

Mendengar kata-kata orang asing itu, sang Raja jatuh terduduk karena seluruh persendiannya lemas seketika. Tubuhnya berkeringat dingin dan wajahnya pucat pasi. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa, Raja pun berkata, “Berikan aku sedikit waktu kembali ke kerajaanku. Aku akan menyelesaikan urusan kekuasaan dan warisan kepada anak istriku.”

“Sesungguhnya ajal tidak bisa dimajukan atau ditunda, ajalmu adalah sekarang.” Tegas Malaikat Maut.

Maka, sang Raja pun meninggal saat itu juga. Ia meninggal dalam keadaan yang menyedihkan karena tidak ada persiapan amal akibat terlalu sibuk mengurusi harta kekayaan dan kekuasaannya.

Hanya ada tiga hal yang kita bawa ketika meninggal, yaitu Harta yang kita sedekahkan, ilmu yang memberi manfaat untuk orang lain, dan anak salih yang berbakti dan senantiasa mendoakan kita. Sementara harta yang kita simpan dan kekuasaan yang kita perebutkan tidak termasuk di dalamnya

" Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak laki-laki, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik ".

Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?." Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya". (Ali ‘Imran: 14-15)

Bersama RUMAH YATIM INDONESIA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun