Mohon tunggu...
Rumah Shine
Rumah Shine Mohon Tunggu... profesional -

Mensosialisasikan pola asuh dan pola komunikasi yang sehat dalam keluarga serta pemberian dukungan bagi keluarga-keluarga yang bermasalah. Bila membutuhkan bantuan untuk konsultasi masalah keluarga, silakan email kami di rumahshine@gmail.com atau cek web kami www.rumahshine.org

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tolong, Bila Memuji Anak Harus Tulus Bukan Asal Bicara

13 Mei 2011   09:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:46 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memuji anak adalah sesuatu yang lumrah dilakukan oleh orang tua. Setiap anak senang mendapatkan pujian , bahkan orangtua juga senang bila mendapat pujian dari anak mereka>. Kenapa harus ada pujian dalam mengasuh anak?Pujian mengandung sebuah kekuatan untuk menanamkan sebuah nilai tentang menghargai sebuah usaha yang telah dilakukan seseorang. Dalam kasus pengasuhan anak, kata-kata pujian yang diberikan oleh orangtua akan memberikan efek positif bagi perkembangan emosioanal anak. Sebaliknya, bila anak jarang mendapatkan pujian dari orangtuanya maka kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi anak yang bermasalah dengan kepribadiannya (personality disorder).

Dalam menyampaikan pujian kepada anak, harus diucapkan dengan tulus dan bukan asal bicara. Pujian bersifat dorongan dan berisi kata-kata yang memberikan bimbingan yang positif.Kata-kata pujian bagi seorang anak, ibarat hujan yang hangat dan lembut jatuh menyirami jiwa; semuanya memupuk rasa aman dan perasaan bahwa dirinya berharga. Kendati semua kata cepat berlalu bila diucapkan, namun tidak cepat terlupakan. Seorang anak mendapatkan manfaat dari kata-kata pujian sepanjang hidupnya. Sebaliknya, kata-kata hinaan yang keluar atau perkataan negatif yang terucapkan pada anak dapat melukai harga diri anak serta membuatnya meragukan semua kemampuan dalam dirinya. Harus diingat, anak-anak mudah untuk mengingat setiap perkataan kita yang kasar, tidak membangun dan setiap kata yang menyudutkan dirinya.

Gary Chapman dalam buku Lima Bahasa Kasih mengatakan, pujian dan kasih sayang seringkali digabungkan dalam pesan yang kita sampaikan pada anak. Kita perlu membedakan keduanya. Kasih sayang dan cinta mengungkapkan penghargaan terhadap harkat seorang anak, karena watak dan kemampuannya merupakan bagian dari seluruh paket diri seseorang. Sebaliknya, kita hanya memuji sesuatu yang dilakukan anak, yaitu prestasi, perilakunya, atau semua sikap yang disadarinya. Pujian, seperti yang kita gunakan di sini, ditujukan untuk sesuatu yang bisa dikendalikan oleh anak.

Berhati-hatilah dalam memberikan pujian kepada anak. Untuk memberikan pujian harus dipastikan bahwa pujian tersebut tepat dan dibenarkan. Bila tidak, semua pujian orangtua dianggapnya sebagai kata-kata sekedar untuk menyenangkan hati, yang ia samakan dengan kebohongan. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pujian kepada anak:

1.Pujian apabila terlalu sering diberikan, dampak positifnya akan kecil. Contoh: “Kamu anak yang ganteng.” Kata –kata itu indah, tetapi orangtua harus bijaksana dalam menggunakannya.

Pujian akan lebih efektif apabila dilontarkan ketika anak melakukan sesuatu yang dirasanya baik dan diharapkan akan mendatangkan pujian baginya. Hal ini terutama berlaku bagi pujian semacam, “Tangkapanmu bagus!” padahal tangkapannya biasa-biasa saja. Anak-anak tahu bilamana pujian patut diberikan dan bilamana diberikan hanya untuk membuat mereka merasa nyaman. Mereka menafsirkan pujian yang terakhir ini sebagai pujian yang tidak tulus.

2.Pujian yang sering diberikan secara asal-asalan akan berisiko. Beberapa anak menjadi terbiasa dengan pujian semacam ini hingga mereka mengganggap bahwa sudah sewajarnya mereka menerimanya dan mereka layak untuk dipuji.

Lalu, musuh terbesar dalam memberikan pujian kepada anak adalah amarah. Semakin besar amarah dalam diri orangtua, semakin besar pula amarah yang akan dilontarkan orangtua pada anaknya. Akibatnya ia akan menjadi anak yang anti-otoritas dan anti-orangtua. Orangtua yang penuh pertimbangan akan berupaya meredam amarah sebisanya – membuatnya seminimum mungkin serta mengatasinya secara dewasa. Jangan sampai seorang anak yang seharusnya mendapatkan pujian dari orangtuanya, namun karena amarah dalam diri orangtua yang mungkin disebabkan oleh faktor lain, sehingga tidak mampu memberikan pujian kepada anak dan pada akhirnya membuat anak kecewa. Contohnya: bila anak mendapat angka bagus di rapor pada akhir semester dan dia mengharapkan ada pujian dari orangtua, namun karena orangtua sedang bermasalah dengan urusan kantor dan membuat keadaan menjadi kacau, maka harapan anak akan sebuah pujian pupus sudah.

Bagi orangtua yang jarang memuji anak diharapkan jangan takut. Memberikan pujian kepada anak bisa dipelajari dan dilatih. Ada beberapa cara:

-Mulailah dengan memuji pasangan anda. Pasangan anda pasti juga akan senang bila mendapatkan pujian anda. Setelah dengan pasangan, kemudian pujilah anak anda. Berikan pujian dengan tulus bukan pujian palsu.

-Cobalah berbicara di depan cermin seakan-akan anda sedang berbicara dengan anak anda. Jangan malu untuk mengeluarkan kata-kata pujian. Latihlah beberapa kali kemudian coba praktekan kepada anak.

-Belilah buku-buku tentang cara membesarkan anak. Carilah bagian cara memuji anak. Pelajari kemudian praktekan dengan anak.

-Temui psikolog/konselor anak bila masih sulit untuk mengucapkan pujian. Mungkin ada bagian-bagian di hidup anda sebelumnya yang bermasalah sehingga sulit memberikan pujian kepada anak.

Kiranya artikel ini bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun