Timor Tengah Selatan-Sebuah kabar membanggakan datang dari pelosok Nusa Tenggara Timur. Seorang siswi kelas V SD GMIT Putain 2, Kecamatan Amanatun Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, bernama Mersi Yusmina Kabu, berhasil mengharumkan nama daerah dengan menjuarai Olimpiade Matematika Tingkat Nasional dan meraih medali emas. Lebih istimewa lagi, di balik prestasi cemerlang itu ada peran sang kakak, Thomas Edison Kabu, seorang guru matematika sekaligus pegiat literasi yang setia membimbing adiknya dari rumah sederhana mereka di Desa Lilo.
Thomas Edison Kabu bukanlah nama baru dalam dunia pendidikan di Timor Tengah Selatan. Ia merupakan guru matematika di SMA Plus PGRI Mnelalete, sekaligus guru pembimbing olimpiade matematika yang dikenal berkompeten dan berdedikasi tinggi. Namun, kiprahnya tak hanya berhenti di ruang kelas. Ia juga dikenal luas sebagai penulis dan pegiat literasi. Thomas telah mendirikan sebuah komunitas literasi bernama "Rumah Literasi Thomas Edison", yang terletak di kampung halamannya, Desa Lilo.
Di rumah literasi yang sederhana itulah, Thomas membimbing puluhan anak-anak desa, termasuk adiknya sendiri, Mersi. Berbekal tekad, disiplin belajar dan semangat berkarya, Thomas mengubah ruang kecil penuh buku itu menjadi ladang tumbuhnya generasi berprestasi. "Tidak ada yang sulit bagi mereka yang terus belajar dan berkarya, sebab berkarya adalah bernyawa," ungkap Thomas penuh keyakinan.
Perjalanan Mersi menuju panggung nasional bukan hal yang mudah. Dengan segala keterbatasan fasilitas, ia harus mengikuti proses belajar yang serius dan penuh semangat. Namun, dengan bimbingan langsung dari sang kakak, ia tidak hanya mampu bersaing, tetapi juga menjadi yang terbaik secara nasional. Kemenangan ini menjadi simbol kebangkitan pendidikan dari desa, sekaligus bukti nyata bahwa anak-anak pelosok pun bisa berprestasi jika diberi kesempatan dan bimbingan yang tepat.
Atas prestasinya, Mersi memperoleh apresiasi dan menerima penghargaan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan juga dari Sinode GMIT, berupa 1 unit laptop ASUS dan beasiswa pendidikan hingga perguruan tinggi. Apresiasi dan penghargaan ini menjadi motivasi tersendiri bagi Mersi dan anak-anak lainnya di Rumah Literasi Thomas Edison untuk terus bermimpi besar.
Thomas sendiri merupakan anak sulung dari tiga bersaudara, dan uniknya, ketiga bersaudara ini semua bergelut di bidang matematika. Saudara pertamanya juga merupakan guru matematika, mereka menciptakan sebuah keluarga kecil yang mencintai ilmu, khususnya dalam bidang eksakta. Namun, Thomas tak hanya ingin berhenti pada pencapaian pribadi atau keluarga. Melalui Rumah Literasi yang ia dirikan, ia ingin terus menciptakan ruang belajar yang inklusif, inspiratif, dan produktif bagi anak-anak di pelosok Timor.
Kini, keberhasilan Mersi menjadi inspirasi dan harapan baru bagi pendidikan di Timor Tengah Selatan. Di balik sorotan kamera dan apresiasi publik, ada kerja keras tanpa henti, cinta yang tulus, dan keyakinan bahwa pendidikan adalah jalan menuju perubahan. Thomas Edison Kabu bukan hanya guru bagi adiknya, tapi juga penerang jalan bagi banyak anak yang ingin menembus batas keterbatasan.
Dari sebuah kampung tua bernama Tukfenu di Desa Lilo, suara pendidikan menggema hingga ke panggung nasional. Â Dari Rumah Literasi sederhana di timur negeri ini, telah lahir seorang juara, yang akan terus dikenang sebagai bukti bahwa dari kampung pun, bisa lahir sang juara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI