Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Suatu Pagi di Mina, Ketika Diri ini Terasa Begitu Kecil (Refleksi dari Perjalanan Haji)

17 Oktober 2014   02:55 Diperbarui: 8 September 2016   00:11 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beragam rasa dalam hatiku muncul campur aduk. Rasa yang telah ada sejak beberapa hari sebelumnya ketika pertama kali tiba di Mina, rasa yang muncul di hari- hari setelah itu, bergabung dengan rasa yang menyeruak di pagi itu...

***

1413463214718207232
1413463214718207232
Pemandangan di Mina, dilihat dari tempat melempar jumroh. Dok: rumahkayu

Tidak bisa tidak, aku bersyukur atas segala karunia, kelancaran, kemudahan yang kuterima dan kualami selama menjalankan ibadah haji di musim haji tahun ini.

Tapi tak bisa tidak pula, ada banyak rasa lain yang muncul selain rasa syukur itu.

Sejak masih di Mekah, di Masjidil Haram, telah kusaksikan pemandangan itu. Pemandangan di pagi buta, ketika banyak orang beristirahat di tempat terbuka, dimana saja di sekitar Masjidil Haram. Pemandangan yang menyentuh, sekaligus menohok hati.


1413466402665856554
1413466402665856554
Jamaah haji tidur di tempat terbuka di sekitar Masjidil Haram. Dok: rumahkayu

Lalu kusaksikan lagi dalam jumlah lebih banyak pemandangan serupa ketika kami tiba di Mina. Banyak orang bermalam dalam kondisi seadanya di Mina. Baik karena memang tak memiliki tempat berteduh lain, atau banyak juga yang karena letak tendanya terlalu jauh dari tempat melempar jumroh lalu memutuskan untuk bermalam dalam kondisi seadanya saja di tempat dekat lokasi melempar jumroh.

Dan hatiku tersergap rasa malu dan 'bersalah'. Rasa syukur atas karunia itu tetap ada, tentu. Tapi rasa malu dan merasa agak bersalah itu muncul tak terhindarkan.

Tenda kami di Mina terletak sangat dekat dengan tempat melempar jumroh. Mungkin jaraknya hanya 100 - 150 meter saja. Fakta yang sejak awal kuterima dengan gembira. Sebab itu suatu kemudahan tak terkira.

Tapi aku tak bisa membutakan mata. Dalam hitungan jam sudah kulihat pemandangan itu. Dan rasa iba menyeruak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun