Di galeri batik ini terlihat deretan kain batik beraneka motif bergelantungan di jemuran kayu. Produk-produk jadi seperti baju, blouse, rok, dress, dompet dan aksesoris lainnya juga ada. Pengrajin di sana sabar menunjukkan bagaimana mereka mencanting malam panas di atas kain putih. Saya terpukau melihat detail pola yang rumit sekaligus sarat makna budaya lokal. Sebenarnya, pengunjung tidak hanya bisa membeli batik, tetapi juga bisa mencoba membatik sendiri dengan bimbingan instruktur. Anjani Batik Gallery benar-benar menghadirkan pengalaman edukasi dan budaya yang menyatu, menegaskan semangat warga Bumiaji untuk merawat tradisi sekaligus mengembangkannya menjadi produk bernilai ekonomi.
Puncak Pengalaman: Menyaksikan Seni Bantengan Anak-Anak
Hari sudah mulai sore. Suara tabuhan gendang, terompet tradisonal dan teriakan khas mulai terdengar tepat di depan Anjani Batik Gallery. Sekelompok anak-anak berpakaian serba hitam melakukan atraksi bantengan. Saya terpaku melihat bagaimana anak-anak itu menirukan gerakan banteng dengan lincah, salto, berputar-putar, sambil mengangkat kepala boneka banteng besar.
Seni bantengan adalah paduan seni tari dan seni bela diri tradisional Jawa yang menggambarkan pertarungan antara banteng dan harimau. Atraksi ini biasanya ditampilkan oleh orang dewasa. Namun, di Bumiaji, anak-anak diajarkan sejak dini untuk melestarikan tradisi ini. Yang berperan sebagai harimau adalah satu orang memakai kostum harimau, sedangkan yang berperan sebagai banteng ada dua orang, satu menjadi kaki depan sambil membawa kepala banteng, satu lagi menjadi kaki belakang lalu ditutup kain sebagai badannya. Selain itu, ada dua orang pendekar pengendali kepala bantengan dengan memegang pecut. Rasanya haru, menyaksikan bagaimana tradisi tetap hidup di tangan generasi baru.
Saat menjelang petang, saya duduk kembali di odong-odong menuju jalan pulang, menikmati sebotol sinom dingin yang saya beli di bazar ibu-ibu PKK, sambil merenungi pengalaman sehari ini. Desa Sejahtera Astra Bumiaji bukan sekadar destinasi wisata. Ia adalah tempat orang belajar tentang makanan lokal, budaya, juga rasa kebersamaan. Ada kehangatan di antara warganya, ada warisan seni yang terus dijaga, dan ada keberanian mereka membuka pintu bagi siapa pun untuk datang belajar.
Saya pulang membawa kantong belanja berisi kue cucur, keripik kentang, sinom, dan beras kencur karya ibu-ibu PKK. Tetapi lebih dari itu, saya pulang dengan hati yang penuh oleh keramahan, oleh cerita, dan oleh cita rasa yang sulit dicari di tempat lain. Program Desa Sejahtera Astra telah memberi warna baru bagi Bumiaji. Melalui semangat satukan gerak, terus berdampak, masyarakat Bumiaji berhasil menata ulang desanya dari desa pertanian yang menghadapi tantangan menjadi pusat wisata edukasi yang membanggakan. Bagi saya, perjalanan ini adalah pengingat bahwa keindahan sejati sebuah tempat terletak pada orang-orangnya dan semangat mereka untuk terus maju tanpa melupakan akar budaya.
@lipartic
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI