Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... A Man (XY) and a Mind Besides Itself

Bukan pakar, pemerhati, pengamat, apalagi figur publik. Tulisan saya lainnya ada di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ketika Service Center Resmi Gagal, Tukang Es Kelapa Menjadi Pahlawan

20 Mei 2025   17:44 Diperbarui: 20 Mei 2025   17:44 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keyboard (dok.pribadi)

Kalau kamu punya barang elektronik yang rusak, apa sih langkah pertama yang biasanya kamu lakukan? Biasanya langsung mencari service center resminya, kan?

Itu juga yang saya lakukan waktu keyboard (alat musik) saya mati total sekitar dua tahun lalu. Pilihan paling logis adalah ke service center resmi. Tapi ternyata pengalaman saya waktu itu bikin mikir ulang soal persepsi "resmi itu lebih baik".

Service Center Resmi: Antara Ekspektasi dan Realita

Waktu itu, saya membawa keyboard ini ke service center resminya di daerah Kemayoran. Lokasinya memang strategis, stafnya kelihatan profesional, dan ruang tunggunya cukup nyaman.

Tapi ada satu masalah besar. Setelah menunggu hampir dua jam, apa yang saya dapat? Jawaban singkat yang bikin emosi: "Spare part-nya tidak ada."

Keyboard saya bahkan tidak mereka cek. Bayangkan, datang jauh-jauh, nunggu lama, lalu harus pulang karena alasan spare part. Rasanya kayak ditolak cinta pas lagi pede-pedenya.

Kalau memang nggak bisa diperbaiki, kenapa nggak langsung bilang dari awal tanpa harus bikin orang buang waktu? Lebih ironis lagi, ini service center resmi, lho. Harusnya mereka punya akses paling gampang ke suku cadang, kan?

Tukang Servis: Antara Harapan dan Keraguan

Karena kecewa, saya mulai cari alternatif lewat Google. Nemulah satu tempat servis yang lokasinya di pinggiran Setu Babakan. Kalau kamu pernah ke sana, pasti tahu kalau area itu lebih dikenal buat wisata budaya dan kuliner Betawi, bukan tempat reparasi elektronik.

Tempat ini nggak pakai plang toko besar, cuma rumah biasa dengan kedai es kelapa di depannya. Ternyata, si penjual es kelapa ini juga tukang servis keyboard.

Awalnya saya sempat ragu. Ya, wajar kan? Nggak ada yang bisa menjamin kalau barang saya bakal diperbaiki dengan baik di tempat kayak gini. Tapi daripada keyboard ini cuma jadi pajangan rusak di rumah, saya pikir nggak ada salahnya mencoba.

Proses Reparasi: Sederhana Tapi Efektif

Setelah ngobrol sebentar dan nego biaya, akhirnya saya sepakat bayar Rp500.000 untuk perbaikannya. Si tukang servis bilang butuh waktu beberapa hari. Meski saya nggak bisa lihat langsung prosesnya, setidaknya beliau mau mencoba. Itu sudah lebih dari apa yang dilakukan service center resmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun