Di dunia nyata, kita tahu yang jahat sering menang. Makanya, drama-drama ini menawarkan versi alternatif yang lebih adil. CEO yang awalnya sombong bisa luluh oleh ketulusan si tokoh utama yang miskin. Penonton tepuk tangan sambil berkata, "Ini nih, dunia yang aku pengen."
Tidak Selalu Tentang Cinta, Tapi Tentang Kekuatan
Kalau dipikir-pikir, cerita ini bukan cuma tentang cinta, tapi juga tentang kekuatan. Orang miskin dalam cerita ini sering digambarkan sebagai karakter kuat, mandiri, dan tidak gampang menyerah.
CEO yang tampan dan kaya ini jatuh cinta bukan karena wanitanya cantik, tapi karena mereka punya sesuatu yang CEO itu tidak punya: keberanian menghadapi kesulitan hidup.
Ini adalah pelajaran tersirat yang micro drama coba sampaikan: bahwa uang bukan segalanya. Tapi mmmm ....tetap aja ceritanya sering bias. Ujung-ujungnya, mereka hidup bahagia karena duit si CEO, kan?
Produksi Murah, Untung Maksimal
Jangan lupakan satu hal penting: micro drama ini bisnis. Cerita CEO dan orang miskin itu murah buat diproduksi. Produksinya tidak perlu lokasi mahal, aktor/aktris kelas A, atau CGI keren. Cukup satu kantor palsu, satu rumah sederhana, Â dan beberapa adegan di taman umum.
Selain itu, cerita micro drama dipotong-potong jadi bagian pendek. Kalau kamu lagi malas, bisa binge-watching 10 episode dalam 10 menit. Produsernya pintar banget memahami algoritma platform digital yang menuntut engagement tinggi dalam waktu singkat.
Regulasi Baru: Pemerintah China Mulai Turun Tangan
Tapi, tunggu dulu. Pemerintah China juga mulai merasa cerita-cerita ini kelewat batas. Menurut laporan Global Times di artikelnya yang berjudul "China to regulate CEO romance micro dramas, warns against content promoting materialism, flaunting of wealth: report," otoritas penyiaran China mengeluarkan pedoman baru untuk mengatur micro drama yang menampilkan romansa CEO. Mereka menekankan agar konten tidak mempromosikan materialisme, pamer kekayaan, atau mengejar kekuasaan melalui pernikahan.
Pedoman tersebut juga menyoroti pentingnya cerita soal pengusaha harus lebih realistis. Jangan yang lebay banget sampai nggak nyambung dengan dunia nyata. Nanti malah bikin persepsi masyarakat jadi aneh tentang dunia bisnis.
Makanya para pembuat micro drama disarankan membuat cerita dari sudut pandang yang lebih berbobot, seperti sejarah atau kondisi bisnis zaman sekarang. Bukan cuma fokus di drama percintaan atau konflik keluarga saja.
Langkah ini menunjukkan kalau pemerintah China ingin industri hiburannya lebih sehat dan sesuai dengan nilai-nilai budaya mereka. Jadi nggak asal ngikutin tren aja!
Apakah Ini Akan Berhenti?
Kemungkinan besar, tidak. Pola cerita ini sudah terbukti sukses menarik jutaan penonton. Selama orang masih ingin bermimpi, selama algoritma masih mendukung, CEO ganteng dan cewek miskin akan terus menghiasi layar kecil kita.