Di tengah-tengah dorongan pemerintah agar konsumen menggunakan BBM non subsidi, Pertamina malah bikin kasus Pertamax kualitas Pertalite.
Ini membuat banyak konsumen merasa kayak lagi diajak nonton sinetron kacangan. Kalau kualitas yang dijanjikan nggak sesuai, apa gunanya bayar lebih mahal?
Shell: Si Alternatif yang Mulai Dilirik
Ketika konsumen mulai merasa dikhianati, mereka otomatis cari alternatif. Di sinilah Shell masuk. Selama ini Shell memang punya citra sebagai BBM mahal. Tapi di tengah drama Pertamax, Shell mendadak jadi pahlawan.
Kenapa Shell mulai dilirik? Pertama, kualitasnya konsisten. Pengendara yang beralih ke Shell rata-rata merasa kendaraan mereka lebih smooth, hemat, dan nggak ada drama knocking.
Kedua, pelayanannya profesional. Di SPBU Shell, kamu nggak cuma isi BBM, tapi juga dapat senyum dari petugasnya (yang kadang susah banget ditemukan di SPBU lain).
Ketiga, promosi yang transparan. Kalau Shell bilang oktannya segitu, ya segitu. Nggak pake plot twist murahan.
Konsumen Mulai Berpindah
Era digital bikin konsumen makin kritis. Kalau dulu orang mungkin terima-terima aja, sekarang konsumen cepat nyadar kalau ada yang nggak beres.
Mereka diskusi di forum, media sosial, bahkan bikin video eksperimen kecil-kecilan. Ketika satu orang mulai cerita soal pengalaman buruknya, efek domino pun terjadi.
Sekarang, lihat aja di jalan. Konsumen mulai memenuhi SPBU Shell atau Vivo. Ini bukan cuma soal harga. Ini soal kepercayaan dan rasa aman.
Apa Pertamina Masih Punya Kesempatan?
Pertamina sebenarnya masih punya kesempatan buat memperbaiki keadaan. Tapi itu kalau mereka mau transparan dan serius mendengarkan keluhan konsumen.
Jangan cuma main defensif atau lempar pernyataan standar kayak "sedang kami investigasi". Konsumen butuh bukti nyata, bukan janji-janji kosong.
Selain itu, pelayanan di SPBU juga perlu ditingkatin. Bukan cuma soal senyuman, tapi juga edukasi tentang pentingnya menjaga kualitas BBM. Kalau SPBU Shell bisa bikin pengalaman isi BBM terasa menyenangkan, kenapa Pertamina nggak bisa?
Di Balik Pilihan: Harga vs Kepercayaan
Orang sering bilang, "Harga nggak bohong." Tapi kenyataannya, harga mahal tidak jamin kualitas. Konsumen sekarang lebih peduli sama value.
Kalau Shell kasih BBM yang lebih mahal tapi kualitasnya terbukti lebih baik, konsumen rela bayar lebih. Sebaliknya, kalau Pertamina terus ngecewain, jangan heran kalau konsumen kabur satu per satu.
Yang lucu, sebenarnya banyak konsumen tidak mau pindah dari Pertamina. Bukan karena loyal, tapi karena lokasi SPBU Shell masih terbatas.
Kalau Shell buka lebih banyak cabang di seluruh kota, bisa jadi game over buat Pertamina. Jadi, sekarang pertanyaannya, mau nunggu Shell mendominasi, atau mau berubah sebelum terlambat?
Drama Pertamax hasil oplosan Pertalite ini bukan cuma soal bahan bakar. Ini soal kepercayaan yang dirusak, konsumen yang merasa diabaikan, dan kompetitor yang memanfaatkan peluang. Jika Pertamina nggak segera introspeksi, mereka bakal kehilangan lebih banyak konsumen.
Sebagai konsumen, jangan ragu buat pilih yang terbaik. Kalau kamu sudah merasa dikhianati, jangan takut beralih. Ingat, uang kamu punya suara, dan suara itu lebih kuat dari janji kosong. Kalau ada yang bisa kasih yang lebih baik, kenapa nggak?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI