Mohon tunggu...
Rully Novrianto
Rully Novrianto Mohon Tunggu... Lainnya - A Mind Besides Itself

Kunjungi juga blog pribadi saya di www.rullyn.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindari Youtuber Luar yang Menjadikan Indonesia Hanya sebagai Ladang View

9 Agustus 2023   10:52 Diperbarui: 9 Agustus 2023   10:53 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by freestocks.org (pexels.com)

Saya pernah membaca sebuah celetukan yang mengatakan, jika Youtuber luar negeri ingin mendapatkan jumlah view banyak dan cepat, maka buatlah konten yang isinya menyanjung-nyanjung Indonesia atau suka dengan makanan Indonesia.

Wajar saja sih, sebab jumlah pengguna YouTube di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan We Are Social dan Hootsuite, pada Januari 2023, ada 139 juta pengguna YouTube di Indonesia, yang menempati peringkat keempat terbanyak di dunia setelah India, Amerika Serikat, dan Brasil. Jumlah ini naik 9,4 persen dibandingkan Januari 2022, yang mencapai 127 juta pengguna. Makanya tak heran jika viewer dari Indonesia dijadikan semacam "ladang" pencarian jumlah view.

Saya pikir celetukan ini sebenarnya mengandung kritik yang tajam terhadap fenomena Youtuber luar negeri yang memanfaatkan rasa nasionalisme dan kebanggaan orang Indonesia untuk menarik perhatian dan mendapatkan keuntungan. Saya tidak setuju dengan cara-cara seperti itu, karena saya merasa itu tidak jujur dan tidak menghargai budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Contoh konten yang memanfaatkan celah itu adalah konten-konten reaction. Konten ini biasanya berisi orang yang hanya menonton video mengenai sesuatu hal di Indonesia, bisa berupa makanan, wisata, hingga kejadian yang berlangsung di Indonesia. Kenapa saya sebut memanfaatkan? Ya karena mereka hanya menonton saja, tidak mencobanya secara langsung. Bagaimana mereka tahu kalau martabak itu enak kalau tidak dicicipi secara langsung?

Saya juga pikir itu lucu, tapi juga sedikit menyedihkan. Sepertinya mereka tidak punya ide lain yang lebih kreatif dan orisinal. Apakah mereka benar-benar menghargai budaya dan kuliner Indonesia, atau hanya sekadar memanfaatkannya untuk keuntungan pribadi?

Saya mengerti, bahwa Youtuber luar negeri mungkin memiliki niat baik untuk mempromosikan Indonesia di dunia internasional. Namun, saya juga berharap mereka tidak hanya menampilkan sisi positif dan indah dari Indonesia, tetapi juga sisi realistis dan kritis dari Indonesia. Saya ingin mereka melihat Indonesia sebagai negara yang memiliki masalah dan tantangan, bukan hanya sebagai tempat wisata yang eksotis dan menyenangkan.

Jika Youtuber luar negeri benar-benar mencintai Indonesia, mereka tidak akan hanya menyanjung-nyanjung Indonesia atau pura-pura suka dengan makanan Indonesia. Mereka akan berusaha untuk memahami dan menghormati Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mereka akan berkontribusi untuk membantu Indonesia menjadi lebih baik, bukan hanya untuk mendapatkan view banyak dan cepat. Mereka akan menjadi duta budaya yang baik, bukan hanya pencari sensasi yang murahan.

Ada banyak kok Youtuber luar negeri yang saya rasa punya niat baik memperkenalkan Indonesia ke luar negeri lewat kontennya. Mereka biasanya terjun langsung ke sumber kontennya hingga bisa langsung merasakan pengalamannya. Nah, Youtuber semacam inilah yang patut kita dukung.

Saya rasa kita harus lebih kritis dan selektif dalam menonton konten di Youtube. Jangan mudah terpesona oleh pujian-pujian kosong yang tidak tulus. Jangan lupa bahwa kita punya banyak hal yang lebih berharga dan bermakna dari sekadar mendapat pengakuan dari orang asing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun