Ekonomi Indonesia: Tantangan Bukan di Modal, Tapi di Daya Beli
Pernyataan ekonom senior Mari Elka Pangestu yang menekankan bahwa persoalan utama ekonomi Indonesia saat ini bukanlah supply side, melainkan demand side, layak mendapat perhatian serius. Pasalnya, likuiditas di perbankan relatif cukup, kredit juga tersedia, namun dunia usaha menghadapi hambatan klasik: kurangnya pembeli.
Dengan kata lain, modal ada, tetapi pasar sepi.
Demand Side yang Terabaikan
Selama ini, fokus kebijakan pemerintah cenderung berat ke sisi pasokan---memberikan stimulus kredit, subsidi bunga, maupun insentif perbankan. Namun, jika daya beli masyarakat melemah, produk yang dihasilkan tetap sulit terserap. Inilah yang disebut masalah di demand side: konsumsi domestik dan pasar riil yang stagnan.
Mari Elka menegaskan, dunia bisnis bukan sekadar matematika 2 x 2 = 4. Ada faktor lain yang berpengaruh: local wisdom, ide-ide inovatif, perubahan teknologi, hingga perilaku konsumen. Semua ini akan berkontribusi positif hanya jika ada kelonggaran finansial di sisi permintaan.
Risiko Jika Hanya Menambah Pasokan
Menambah suplai finansial tanpa menumbuhkan permintaan justru berisiko. Kredit berpotensi tidak terserap, Non Performing Loan (NPL) meningkat, bahkan inflasi bisa terdorong tanpa diimbangi permintaan riil. Karena itu, fokus pada demand side menjadi kunci menjaga keseimbangan pertumbuhan.
Tiga Pilar Ekonomi yang Harus Seimbang