Mohon tunggu...
Muhammad Amrullah
Muhammad Amrullah Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda Lamongan

Manusia biasa yang Lahir di Bumi dan Mencoba hidup yang tidak hanya Mengukur Jarak namun juga Mengukir Jejak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Puspita Merah 1

10 Februari 2019   12:03 Diperbarui: 12 Februari 2019   19:10 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Baiklah kalau begitu" orang itu menjawab dengan nada kesal, dan tanpa sopan santun ia pergi begitu saja menjauhi rumah kayu itu.

Dengan kedatangan orang misterius tak dikenal itu membuat anggun bertanya-tanya dalam hati. Siapakah dia? Ada perlu apa dengan bapak? Tampangnya yang kian congkak dan angkuh menjadikan hati anggun geram.

Dalam tempat yang sama, dalam satu atap terbaring pak yadi itu. Dengan usia yang kian menua, tenaga yang kian terkuras tiap harinya, dan penyakit yang kian berdatangan dari setiap penjuru menjadikan pak yadi semakin hari semakin lemah dan rapuh. 

Pria berusia 50 tahun keatas itu sudah terbaring diatas ranjang tiga hari lamanya. Istrinya bu maysaroh dan anaknya semata wayang itu yang selalu merawat pak yadi dengan hati yang tulus. Terkadang hanya ibu dan anak yang mengurusi perihal perkebunan. Mereka berdua tergolong srikandi tangguh yang menolak lemah karena kondisi.

Kondisi perkebunan seperti halnya konidisi pak yadi. Sedang melemah dan pada titik keterpurukan. Kondisi pak yadi yang tiap hari kian tak ada tenaga menjadikan keluarga tersebut dirundung susah. 

Keekonomian merekapun ikut terpuruk dengan kondisi perkebunan yang semakin hari kalah dengan perkebunan yang besar. Mereka tak sanggup membawa pak yadi ke dokter ataupun rumah sakit. Lantaran mahalnya uang yang harus dibayar dan lantaran kondisi geografis mereka yang bisa dibilang terpencil.

Keesokan harinya orang aneh itu datang kembali dengan raut muka yang sama dengan setalan baju berbeda. Pada waktu itu matahari sedang membiaskan senja.

"Pak Yadi ada?" tanyanya dengan wajah tanpa senyuman itu.

"Ada" jawab anggun.

Pak Yadi pun keluar dari kamarnya berjalan tergopoh-gopoh dengan dayanya yang semakin hari semakin lemah. Pak yadi pun memersilahkan tamu itu masuk dan duduk di ruang tamu rumah itu.

"Nak, tolong buatin minum untuk tamu kita"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun