Mohon tunggu...
Dunia Pendidik Modern
Dunia Pendidik Modern Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan Pendidik

Saya adalah seorang pendidik yang fakir ilmu. Saya akan sangat senang mempelajari hal baru di dunia pendidikan untuk membuat murid-murid Indonesia merdeka dengan ilmunya. Murid Indonesia akan percaya diri dengan menginisiasi perubahan baik untuk negeri ini. Dan saya ingin berbagi banyak hal yang bisaa jadi dapat menginspirasi pendidik lain, bisa jadi untuk di tiru oleh pendidik lain, atau bisa jadi untuk diberikan kritik dan saran oleh pendidik lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ku Abadikan Mendung Menjadi Senyumanmu

20 Maret 2023   15:31 Diperbarui: 20 Maret 2023   15:40 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku mondar-mandir di kamar. Mondar-mandir ke ruang tengah, ke dapur, ke ruang tamu, ke teras. Semua pemeran di tivi yang sedang ku tonton wajahnya jadi wajah Handoko. Bingung aku!

"Ya Allah! Cerpenku ketinggalan di perpustakaan, kemarin! Padahal hari ini terakhir dikirimnya!"

"Istighfar, Nang. Sarapan dulu baru berangkat sekolah." Ibu yang bersiap ke kantor bersikeras mendudukanku untuk sarapan.

***

Sungguh baru kali ini aku berlari dari parkiran sepeda ke perpustakaan. Sedari perjalanan, aku bersumpah kalau menang semua hadiahnya akan kuberikan untuk Handoko. Sial, perpustakaan belum buka.

Aku kembali berlari ke ruang guru yang masih lengang, mencari Bu Asri. Enatah berharap apa. Yang penting ketemu Bu Asri dulu.

"Bu Asri... anu perpustakaannya..cerpenku..," nafasku berderu cepat tak dapat ku kendalikan.

"Ada apa dengan perpustakaan dan cerpen, Rul? Sini duduk dulu, tarik nafas panjang dan minum teh manis nih."

"Bu, cerpenku tertinggal di perpustakaan dan hari ini hari terahir mengirimkannya. Sementara itu belum sempurna selesai Bu."

Sudah kukatakan. Entah kenapa wajahku rasanya panas, aku tertunduk menggenggam kuat-kuat tanganku. Sesak sekali dadaku.

"Jangan nangis Rul, masih ada waktu sampai jam dua belas siang ini." Kata-kata Bu Asri yang menenangkan entah mengapa tak membuat tangisku enggan berhenti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun