Sampai sejauh ini, banjir besar pada masa Nabi Nuh itu merupakan banjir terbesar yang pernah terjadi di dunia, tidak ada lagi banjir yang lebih dahsyat dari pada peristiwa itu.
Peneliti lain, Profesor Raul Esperante dari Geoscience Research Institute yang tergabung ke dalam 108 ilmuwan lainnya pemburu kapal Nabi Nuh, menemukan jika bahtera Nabi Nuh memang kandas di puncak Gunung Ararat, Turki.
NAMI juga mengumpulkan serpihan-serpihan artefak kapal Nabi Nuh, mulai dari paku, tambang, dan kayu.
Para peneliti ingin mengetahui darimana kah bahan-bahan kayu yang dibuat Nabi Nuh berasal. Mereka sudah meneliti ratusan sampel kayu purba dari berbagai negara di dunia.
Hasil laboratorium pada tahun 2018, memastikan jika kayu yang menjadi bahan Nuh membuat kapal itu berasal dari kayu jati yang berasal dari Pulau Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Ternyata fosil kayu jati yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur itu 100 persen cocok dengan contoh fosil bahtera Nuh.
Maka dengan demikian, besar kemungkinan Nabi Nuh atau pengikutnya pernah berada di Pulau Jawa, Indonesia.
Sayang sekali, belum ada penelitian yang benar-benar menunjukkan jika Nabi Nuh atau pengikutnya pernah berada di daerah yang kini bernama Indonesia itu.