Nabi Nuh tentunya sudah dikenal oleh setidaknya dua agama besar ini, yaitu Kristen dan Islam.
Selain beberapa kali disebutkan di Alkitab dan Al Qur'an, Nabi Nuh juga ada disebut-sebut di Kitab Tanakh.
Setidaknya ada 58 kali nama Nabi Nuh disebut-sebut di Alkitab Perjanjian Baru dan 43 kali di Al Qur'an.
Di dalam Alkitab, Nabi Nuh disebutkan keturunan ke 9 setelah nabi Adam. Di agama Islam, nabi Nuh merupakan "tiga besar" dari daftar 25 nabi. Nabi Nuh berada di urutan ke 3 setelah Adam dan Idris.
Namun, ada kesamaan dari kedua agama itu. Nabi Nuh diperintahkan Tuhan untuk membuat perahu, karena akan terjadi bencana banjir besar yang melanda bumi.
Pada saat Nuh membuat perahu itu, orang-orang di sekitarnya mengolok-olok Nuh, karena pada saat itu tidak ada tanda-tanda akan terjadi banjir, akan tetapi tetap mengikuti perintah Tuhannya.
Mereka menganggap Nuh sebagai orang gila.
Kitab Suci mengatakan pada masa itu manusia sudah banyak berbuat dosa, oleh karenanya Tuhan akan menghukum mereka dengan banjir besar.Â
Banjir yang terjadi selama 40 hari 40 malam dan banjir setinggi lima hasta dari puncak gunung berlangsung selama 150 hari.
Karena Nuh beserta istri, tiga anaknya, tiga menantunya, dan hewan-hewan miliknya, masuk ke dalam bahtera yang sudah dipersiapkan itu, maka mereka selamat.
Anda yang beragama Kristen, tentunya sudah mengenal lagu tentang Nabi Nuh ini
Nabi Nuh dan istrinya
Tiga orang anaknya
Tiga orang mantunya
Masuk dalam bahtera
Hujan lebat turunlah
Hujan lebat turunlah
Hujan lebat turunlah
Setelah banjir tiba, kapal Nabi Nuh yang sangat besar dan menampung manusia dan hewan-hewan itu berlayar ke wilayah antah berantah.
Alkitab mengatakan, setelah banjir surut, bahtera Nabi Nuh terdampar di pegunungan Ararat (Turki sekarang).
Dan memang, tim peneliti Noah's Ark Ministries International (NAMI), sebuah komunitas Kristen yang berbasis di Hongkong, mengatakan mereka menemukan bahtera Nabi Nuh itu seperti apa yang disebutkan di Alkitab yaitu di Gunung Ararat, Turki.
Sampai sejauh ini, banjir besar pada masa Nabi Nuh itu merupakan banjir terbesar yang pernah terjadi di dunia, tidak ada lagi banjir yang lebih dahsyat dari pada peristiwa itu.
Peneliti lain, Profesor Raul Esperante dari Geoscience Research Institute yang tergabung ke dalam 108 ilmuwan lainnya pemburu kapal Nabi Nuh, menemukan jika bahtera Nabi Nuh memang kandas di puncak Gunung Ararat, Turki.
NAMI juga mengumpulkan serpihan-serpihan artefak kapal Nabi Nuh, mulai dari paku, tambang, dan kayu.
Para peneliti ingin mengetahui darimana kah bahan-bahan kayu yang dibuat Nabi Nuh berasal. Mereka sudah meneliti ratusan sampel kayu purba dari berbagai negara di dunia.
Hasil laboratorium pada tahun 2018, memastikan jika kayu yang menjadi bahan Nuh membuat kapal itu berasal dari kayu jati yang berasal dari Pulau Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Ternyata fosil kayu jati yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur itu 100 persen cocok dengan contoh fosil bahtera Nuh.
Maka dengan demikian, besar kemungkinan Nabi Nuh atau pengikutnya pernah berada di Pulau Jawa, Indonesia.
Sayang sekali, belum ada penelitian yang benar-benar menunjukkan jika Nabi Nuh atau pengikutnya pernah berada di daerah yang kini bernama Indonesia itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI