Sebelum Fretilin menyatakan kemerdekaannya dari penjajahan Portugis, yaitu 28 Nopember 1975, orang-orang Arab banyak dicurigai oleh kolonial Portugis dan banyak yang dipenjarakan tanpa sebab yang jelas.
"A Muslim Leader of a Catholic Nation?" tulisan Melissa Johnston mengatakan jika orang-orang Arab itu mendukung Indonesia, atau Partai Apodeti.
Komunitas Muslim di sana sebenarnya tidak ditekan, mereka mendapatkan dukungan dari Uskup Ximenes Carlos Belo dan para pemimpin Bumi Lorosae. Umat Muslim akan diterima sejauh mereka tidak terlibat dalam urusan politik.
Dan siapa menduga jika mantan Perdana Menteri Timor Leste, Mari bin Amude Alkatiri juga memiliki darah Arab Hadramaut. Dari namanya, Alkatiri, orang tidak akan menduga jika dia ada hubungannya dengan Islam/Arab.
Namun kakek Alkatiri dari garis ayahnya tiba di Bumi Lorosae sekitar 200 tahun lalu. Semula kakeknya itu datang di Timor untuk berdagang, dalam perjalanannya kakek Alkatiri kemudian menjadi petani dan bahkan memiliki lahan yang luas.
Dengan demikian setidaknya, Alkatiri (PM periode 2017-2018 dan 2002-2006) mendukung keberadaan Islam di negerinya.
Di sana juga ada organisasi Islam di antaranya DDII (Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia) yang mendapatkan dukungan dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan militer Indonesia. Di sanalah bahkan sebagian militer Indonesia yang bertugas, mendapatkan siraman rohani.
Dalam soal politik, Timor Timur resmi menjadi sebuah negara pada 20 Mei 2002, setelah itu sebagian mimpi mereka untuk menjadi negara terwujud. Timor Leste diterima menjadi anggota ASEAN yang ke 11 pada tahun 2011 yang pada saat itu Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara ini dipimpin oleh Indonesia.
Dalam sebuah wawancara dengan Arab News, Mari Alkatiri mengatakan diterimanya Timor Leste menjadi anggota ASEAN sebagai sebuah mimpi.
Dua dekade kini perekonomian Timor Leste masih morat-marit, mereka kini menjadi salah satu negara pengutang yang banyak. Indonesia harus berkaca kepada Timor Leste dalam hal penanganan pandemi Covid-19.
Kendati Timor Leste miskin, akan tetapi mereka mendapatkan pujian dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) lantaran hanya ada 105 kasus Covid-19 (hingga awal Maret 2021) dengan jumlah kematian tidak ada sama sekali.