Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banten, Asal-usul Negeri para Jawara

17 Februari 2021   11:03 Diperbarui: 17 Februari 2021   11:05 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para jawara dari Banten (republika.co.id)


Wilayah Banten yang terletak di paling ujung sebelah barat pulau Jawa ini dulunya adalah bagian dari Propinsi Jawa Barat.

Wilayah Banten lantas memisahkan diri dari Jawa Barat pada tahun 2000. Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 wilayah ini ditetapkan sebagai Propinsi Indonesia yang ke-30.

Propinsi Banten lebih disorot lagi lantaran orang nomor 2 RI sekarang ini, KH Ma'ruf Amin dilahirkan di Tangerang, 11 Maret 1943 (77 tahun). Tangerang merupakan salah satu kota di propinsi yang menjadi penyangga bagi Jakarta baik secara geografis maupun ekonomis.

Di sana banyak industri. Sejumlah pelabuhan laut di Banten ini juga mengantisipasi kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta.

Banten sudah dikenal luas ke mancanegara sejak abad ke 14, atau tahun 1330 Masehi.

Dalam pelajaran sejarah, Banten ini dikenal sebagai cikal bakal mendaratnya orang Belanda pertama yang menginjakkan kakinya di Indonesia.

Seperti diketahui, Belanda menduduki Indonesia selama 350 tahun lamanya. Sedangkan orang Belanda yang menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Nusantara adalah Cornelis de Houtman pada tahun 1596.

Berdasarkan peta jalur yang dicuri dari Portugis, Houtman berlayar melalui ujung selatan Afrika, lalu mendarat di Banten. Namun pada saat itu kedatangan Houtman ditolak oleh penduduk setempat dikarenakan mereka kasar dan dianggap tidak menghormati adat Banten.

Kedatangan mereka semula untuk mencari rempah-rempah, terutamanya adalah lada hitam. Lada hitam ini harganya sangat mahal di Eropa, seharga emas. Dua tahun berlalu, Houtman datang lagi ke Banten, kali ini diterima, dan dapat menjalin hubungan dagang dengan pribumi.

Sebelum Belanda, Portugis terlebih dahulu datang ke Banten ini, karena mereka mempunyai peta jalur. Belanda pernah mencoba mencari jalur sendiri untuk mencari rempah-rempah ke Nusantara tanpa peta.

Alih-alih sampai ke Nusantara, mereka malah tersesat sampai ke daerah dingin, yaitu Kutub Utara. Selain kedinginan, Belanda juga kehabisan bekal.

Belanda saat itu mempunyai relasi dagang dengan Portugis. Jan Huygen van Linschoten, penghubung antara Belanda dan Portugis, lantas mencuri peta jalur milik Portugis. Dari situlah cikal bakal Belanda berlayar ke Nusantara, dan untuk pertama kalinya tiba di Banten.

Selain dikenal sebagai tempat perdagangan rempah-rempah, Banten juga dikenal sebagai pusat Kerajaan Islam di Pulau Jawa. Banten juga negeri para jawara.

Dari manakah asal-usul nama Banten sendiri?

Salah satu versi menyebutkan jika Banten ini berasal dari bahasa Jawa "katiban inten", yang berarti ketiban (mendapatkan rejeki) intan.

"Katiban Inten" ini tak lepas dari syiar Islam di wilayah itu. Wilayah Jawa Barat (termasuk Banten) pada awalnya menganut animisme (kepercayaan kepada arwah leluhur) dan dinamisme (menyembah benda-benda).

Setelah di Nusantara termasuk Jawa Barat bermunculan kerajaan-kerajaan yang bernafaskan Hindu-Buddha, masyarakat Banten juga terpengaruh. Mereka mulai memeluk agama Buddha.

Setelahnya barulah ajaran Islam masuk ke sana. Ajaran Islam itu bercahaya seperti layaknya intan yang berkilauan. Jadi masyarakat Banten itu bernasib baik, mereka ketiban rejeki intan yang berkilauan.

Versi lainnya dari asal mula nama Banten ini adalah berasal dari kata "bantahan" atau membantah.

Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Asia semula hanyalah untuk berdagang, termasuk Belanda ke Nusantara. Akan tetapi lama-kelamaan mereka mulai bersifat kolonialisme, menjajah.

Belanda di Banten juga menerapkan peraturan-peraturan untuk memonopoli perdagangan dan berlanjut ke campur tangan di politik untuk menguasai Banten. Rakyat Banten menolak peraturan-peraturan yang menekan tersebut. Atau dengan kata lain "membantah".

Membantah menjadi bantah dan Banten.

Penamaan Banten juga cocok dengan nama sebuah sungai yang mengalir di wilayah itu, yaitu Sungai Cibanten. Selain nama sungai, di sana juga ada nama daerah yang disebut dengan Cibanten.

Selain itu, kata"Banten" juga sebenarnya rada-rada berbau Hindu. Dalam agama Hindu, kata Banten lebih bermakna sebagai sesajen untuk dipersembahkan kepada roh-roh leluhur orang-orang Banten.

Dari latar belakang yang dulunya bagian dari Jawa Barat, bahasa yang digunakan oleh masyarakat Banten sejatinya adalah bahasa Sunda, yaitu bahasa Sunda Kuno. Bahasa Sunda Kuno ini tergolong sebagai bahasa Sunda kasar dalam tingkatan bahasa Sunda modern.

Seperti diketahui, bahasa Sunda modern ini ini memiliki tingkatan, dari bahasa halus sampai bahasa kasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun