Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Bintang Kejora" Menarik Perhatian Dunia: Video GMKI Upaya Adu Domba?

6 Desember 2020   09:01 Diperbarui: 6 Desember 2020   09:05 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Benny Wenda sangat berani sekali mengatakan jika kini dia sudah siap duduk bersama Presiden Jokowi selevel negara dengan negara untuk merundingkan soal negara ilusi Papua Barat.

Apa yang bakalan dibahas Benny Wenda, "Raja Ilusi Papua Barat" dengan Presiden Jokowi? Apa Pak Jokowi bersedia meluangkan waktunya?

Di tengah-tengah kesibukan mengurusi masalah lainnya, deklarasi kemerdekaan Papua Barat pada 1 Desember 2020 menarik perhatian seluruh dunia.

United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) pun mulai terlihat mengibarkan bendera Bintang Kejora, yang selama ini gelap karena dilarang Indonesia, bahkan sejak 1 Desember 1961. Pada waktu itu Papua resmi merdeka dari perbudakan Belanda.

Inilah momen yang diambil Bintang Kejora untuk diperlihatkan kepada dunia, Gerakan Liberalisasi Untuk Papua Barat mengangkat Benny Wenda yang tinggal di Inggris sebagai Presiden ilusi mereka.

Apakah ini dikategorikan makar? Menteri Koordinator Bidang Politik dan Hukum Machfud MD mengatakannya demikian, kendati hanya makar kecil. Makar kecil hanya perlu diatasi dengan Gakkum (Penegakan Hukum). Bagaimana dengan kategori makar besar?

Sepertinya Benny Wenda hanya mengada-ada dengan alasan bahwa TNI di Papua Barat melakukan kekerasan dan sejumlah pembunuhan. 

Juru bicara Kantor HAM PBB, Revina Shamdasani, mengatakan sejumlah kekerasan yang dilakukan militer Indonesia di daerah Kepala Burung Irian Jaya itu, di antaranya adalah pembunuhan terhadap pendeta Yeremia Zanambani. Jasad Zanambani ditemukan di rumahnya di Hitadipa dengan peluru dan luka tusuk.

Pada bulan September dan Oktober yang lalu ada juga bentrokan berdarah yang setidaknya menelan enam orang pekerja gereja tewas dan dua lainnya dari pihak keamanan.

Kasus yang terbaru sebelum deklarasi, seorang remaja usia 17 tahun dan seorang lainnya terluka karena ditembak TNI pada 23 Nopember 2020. Puluhan aktivis pro kemerdekaan Papua Barat juga dicokok dan dibui.

Menyebutkan sejumlah kekerasan yang mendorong deklarasi itu, sejumlah kalangan juga alasan Benny Wenda ingin memisahkan diri dari NKRI, ini adalah soal fisik dan rupa orang Papua yang berbeda dengan orang-orang Indonesia mayoritas lainnya.

Orang-orang Papua ini lebih mirip dengan orang-orang dari negara tetangga Papua Nugini, Vanuatu, Fiji, Kepulauan Solomon, atau Kaledonia Baru.

Barangkali agama Kristen yang dianut orang-orang Papua juga berpengaruh?

Paska deklarasi, Benny Wenda dari tempat pengasingannya mengatakan jika dia tidak akan tunduk kepada RI lagi, karena Papua Barat sudah menyusun konstitusi sendiri, bahkan kabarnya mereka sudah tiga kali rapat.

Papua Barat ini dulu namanya Irian Jaya Barat. Nama Papua Barat ditentukan nasibnya oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007.

Status Papua Barat ini adalah wilayah Otonomi Khusus sejak 2001 dan akan berakhir pada akhir tahun 2020 ini. Pemerintah berencana untuk memperpanjang status tersebut. Akan tetapi sejumlah aktivis mengatakan Otsus itu hanyalah sebuah permainan politik saja. Pemerintah Indonesia ingin menekan gerakan kemerdekaan.

Tanggapan Benny Wenda tentang perpanjangan Otsus itu "Kami tidak bakalan tunduk ke Indonesia".

ABC Indonesia memuat pernyataan Benny Wenda, Jum'at (4/12/2020), yang mengatakan Presiden Jokowi harus mengakhiri darurat militer di Papua Barat, duduk bersama untuk berdialog. Bukan waktunya operasi militer dan pembunuhan.

Jennifer Robinson, seorang pengacara internasional untuk Papua Barat yang berbasis di London, Inggris, menyodok Jakarta dengan mengatakan sikap Indonesia terhadap langkah ULMWP menunjukkan betapa terguncangnya Pemerintah Indonesia.

"Pemerintah Indonesia diam saja, ini berarti mereka menyadari jika mereka tidak punya hak atas nasib orang lain. Papua Barat memiliki hak menentukan nasibnya sendiri," kata Robinson.

Seorang pegiat Medsos, Mustofa Nahrawardaya, dalam cuitannya di Twitter menulis meminta masyarakat untuk waspada dengan rumor yang beredar adanya dukungan dari mahasiswa Kristen untuk keinginan ULMWP.

Pikiran-rakyat.com, Sabtu (5/12/2020) memberitakan dan ini menjadi heboh soal adanya video yang berasal dari GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) di Manokwari yang menyuarakan dukungan kepada Papua Barat untuk menemukan nasibnya sendiri.

Dalam Kongres ke 37 GMKI itu terlihat ada seorang perempuan yang naik ke atas podium dan memperbincangkan Papua Barat.

Perempuan itu mengatakan kemerdekaan Barat ini sudah diinisiasi oleh PBB, makanya harus didukung oleh pemerintah Indonesia.

Pidato perempuan itu pun diakhiri dengan yel-yel "Papua Merdeka!" yang lantas disambut sorakan para peserta kongres.

"Ini pasti ada adu domba, ini ulah OPM. Mana mungkin mahasiswa NKRI mendukung Papua Barat. Waspadalah!" Tulis Mustofa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun