Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Strategi Penyapihan yang Benar?

10 Juli 2018   06:00 Diperbarui: 10 Juli 2018   07:31 1724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, karena WHO mengatakan "breastfeeding is for two years or beyond," maka sepertinya para ibu di Indonesia mengikuti saran tersebut, yakni menyapih dengan cinta mengikuti kemauan anak. Bahkan, ada yang masih menyusui sampai anak berusia empat tahun.

"Saya percaya betul dengan periode menyusu sampai dua tahun, sesuai perintah agama dan kajian ilmu psikologi. Kalau sudah beberapa hari disapih tenyata belum berhasil, boleh saja kembali dikasih ASI walau sudah berhenti 3-5 hari, sebab kualitas ASI masih baik," papar Dr. Asti.

Dr. Wiyarni menegaskan bahwa waktu penyapihan adalah keputusan masing-masing keluarga dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan anak, terutama perilaku makan dan kesiapan mental dan emosional.

Menurut pakar yang tercatat sebagai Anggota Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia ini, menyapih dapat membawa perubahan pada hormon, emosi, dan fisik, terutama pada ibu yang masih galau dalam menyetop pemberian ASI.

"Secara tidak langsung, ini juga akan memengaruhi bayi. Ia merasa seperti kehilangan momen intim penuh kasih sayang bersama sang ibu," ujar Dr. Wiyarni. "Karena itu, jika waktu yang dipilih belum sejalan dengan kesiapan ibu dan bayi, proses menyapih akan lebih menantang."

Karena menyapih adalah proses yang panjang, Dr. Wiyarni menyarankan agar orangtua memulai prakondisi beberapa minggu atau bulan sebelumnya.

"Lakukan bertahap dengan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Cara ini membantu tubuh ibu menyesuaikan produksi ASI yang berangsur semakin sedikit, tanpa membuat masalah payudara bengkak dan terasa nyeri," kata Dr. Wiyarni.

"Umumnya, menyusu menjelang tidur dan saat terbangun dari tidur adalah kebiasaan yang paling sulit ditinggalkan, karena anak memperoleh kenyamanan luar biasa yang seolah tak tergantikan," ungkap Dr. Wiyarni.

Ia menyarankan agar penyapihan dimulai dengan tidak menawarkan anak menyusu di siang hari, lantas tunggu reaksi anak, apakah ia masih bisa move on. Usai makan, ajak anak beraktivitas hingga lupa dengan keinginan menyusu.

"Saat anak haus, tawarkan ia minum ASI perah dengan gelas. Jika cara ini berhasil, kurangi lagi frekuensi menyusu, sampai akhirnya Anda tinggal menyapih dari menyusu sebelum tidur malam," pesan Dr. Wiyarni.

Patut diingat, tubuh ibu butuh penyesuaian, begitu pula reaksi anak yang perlu dikondisikan bertahap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun